MEDAN (Waspada): Nama Topan Obaja Putra Ginting, alias Topan Ginting, kembali mencuat ke permukaan. Bukan karena prestasi, melainkan karena deretan jabatan strategis yang melejit dalam waktu singkat, jejaring politik yang menggurita, serta gaya hidup hedon yang jauh dari citra aparatur sipil biasa.
Di tengah sorotan publik soal proyek bermasalah dan rumah mewah yang diduga miliknya, satu pertanyaan besar menggantung di pikiran publik: dari mana sebenarnya kekayaan Topan Ginting berasal?
Sejak dilantik sebagai Kepala Dinas Sumber Daya Air Bina Marga dan Bina Konstruksi (SDA BMBK) Kota Medan pada 31 Desember 2021, nama Topan mulai menjadi buah bibir. Sorotan itu tak bisa dilepaskan dari kedekatannya dengan Bobby Nasution; dari Wali Kota Medan hingga kini menjabat Gubernur Sumatera Utara 2025–2030.
Bukan hanya satu jabatan. Topan juga dipercaya sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah Kota Medan sejak 13 Mei 2024. Belum cukup, ia kemudian dilantik kembali menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) pada 24 Februari 2025. Bahkan, ia juga menjabat Plh. Kadis Perindag ESDM menggantikan Mulyadi Simatupang yang baru-baru ini dicopot.
Tak hanya birokrasi, Topan juga menjangkau dunia organisasi. Pada 20 Juni 2025, ia terpilih sebagai Ketua Kwarda Pramuka Sumut dalam Musda Kwardasu. Jabatan formal dan non-formal itu membuat Topan bak sosok “superman birokrasi”, namun sejumlah kalangan justru mempertanyakan kinerjanya dan integritasnya.
Kantor Sepi, Jabatan Tak Terurus
Sekretaris Perindag ESDM Yosi Rukomo, kepada Waspada, mengungkapkan keresahan internal. “Ada surat penting yang belum ditandatangani, sementara Pak Topan sudah jarang masuk kantor,” katanya.
Gedung megah Dinas di Jalan Putri Hijau No.6 tampak kontras: mentereng namun sunyi, seperti kapal tanpa nakhoda.
Proyek Bermasalah Rp 3,7 Miliar
Kinerja Topan juga tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan BPK RI atas pengadaan barang dan jasa tahun anggaran 2024. Dalam laporan yang diperoleh Waspada, ditemukan belasan proyek bermasalah senilai Rp 3,7 miliar, termasuk lima paket peningkatan saluran drainase dengan total anggaran Rp 506 miliar.
Realisasinya hanya Rp 383 miliar atau 75,63 persen, jauh dari optimal. Belum lagi dugaan kejanggalan pada Revitalisasi Lapangan Merdeka dan Stadion Teladan, yang total nilainya menembus Rp 596 miliar dalam dua tahap. Struktur pondasi proyek tahap I disebut bermasalah dan terindikasi menyebabkan pembengkakan anggaran hingga nyaris Rp 200 miliar.
Rumah Mewah dan LHKPN yang Janggal
Sorotan tak berhenti di kantor. Sebuah rumah mewah dua lantai di Jalan Sirimpi Raya, kawasan elite Simpang Selayang, diduga kuat milik Topan Ginting. Rumah berwarna abu-abu dan putih itu berdiri megah dengan pagar tinggi berornamen emas dan akses jalan pribadi yang luas.
Warga sekitar membenarkan rumah itu kerap dikaitkan dengan Topan, meski mengaku belum pernah melihat langsung pemiliknya. Sumber lain menyebut Topan masih tinggal di kawasan Royal Sumatera.
Namun kejanggalan muncul ketika rumah itu dikaitkan dengan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dilaporkan Topan ke KPK. Dalam LHKPN 2023, total kekayaannya hanya Rp 4,06 miliar, terdiri dari:
1. Empat bidang tanah dan bangunan: Rp 2 miliar
2. Satu mobil Innova: Rp 380 juta
3. Harta bergerak lainnya: Rp 86,5 juta
4. Kas/setara kas: Rp 1,5 miliar
Tanpa utang
Sementara nilai rumah yang disorot publik, disebut-sebut jauh di atas itu.
Desak Kejatisu
Direktur Eksekutif LIPPSU, Azhari AM Sinik, menuntut agar Kejaksaan Tinggi Sumut (Kejatisu) segera menyelidiki sumber kekayaan Topan, termasuk rumah dan aset-aset lain yang dinilai tak sebanding dengan laporan kekayaannya.
“Kita desak Kejatisu periksa, termasuk Bobby Nasution yang diketahui punya kedekatan kuat dengan Topan. Ini bukan cuma soal dugaan kongkalikong, tapi ada indikasi permainan tingkat tinggi,” tegasnya kemarin.
Seorang anggota DPRD Sumut dari Dapil Labuhanbatu Raya bahkan menyebut, proyek di atas Rp10 miliar sulit diakses rekanan baru karena sudah dikuasai “pemain lama” yang diduga terafiliasi dengan kelompok Bobby.
“Waktu mau ikut tender, baru mau masuk tahap penjelasan, kami langsung mundur. Sudah ada daftar siapa yang bakal menang,” ujarnya.
Azhari juga mengonfirmasi rumah tersebut kepada Gibson Panjaitan, yang kini menjabat Kadis SDA BMBK Medan menggantikan Topan. Gibson membenarkan bahwa rumah itu milik mantan atasannya.
“Saya lihat di Instagram, ya, itu rumah Pak Topan. Saya pikir itu hasil kerja kerasnya,” ujar Gibson.
Namun dia menyarankan agar konfirmasi langsung tetap ditujukan kepada Topan Ginting.
Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, Topan Ginting belum bisa dikonfirmasi. Nomor ponselnya telah beralih ke mode undangan dan tidak menerima pesan.(m14)