MEDAN (Waspada.id): Menyusul banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara merilis imbauan resmi untuk menjaga kesehatan dan keselamatan bayi serta anak-anak selama masa tanggap darurat.
Dalam rilis tersebut, IDAI Sumut menegaskan bahwa kelompok usia dini adalah pihak paling rentan terhadap risiko penyakit dan trauma akibat bencana.
Ketua IDAI Sumut, dr. Rizky Adriansyah, menyampaikan bahwa situasi banjir menuntut perhatian ekstra dari seluruh pihak, terutama keluarga di lokasi pengungsian.
“Bayi dan anak bukan hanya rentan secara fisik, tetapi juga secara emosional. Prioritas utama kita adalah memastikan mereka tetap sehat, aman, dan terlindungi,”ujarnya pada Rabu (26/11).
Panduan Kesehatan untuk Keluarga dengan Bayi dan Anak
IDAI Sumut merinci sejumlah poin penting yang perlu diperhatikan oleh masyarakat:
Pemberian ASI atau susu harus tetap dilakukan dengan aman, menggunakan air bersih dan peralatan minum yang higienis untuk mencegah infeksi saluran pencernaan.
Imunisasi dianjurkan tetap berjalan bila akses dan kondisi memungkinkan. Jika terpaksa tertunda karena situasi darurat, imunisasi harus segera dilanjutkan begitu keadaan memungkinkan.
Gejala penyakit yang sering muncul saat banjir—seperti diare, ISPA, penyakit kulit, dan demam—harus diwaspadai. Orang tua diminta segera membawa anak ke fasilitas kesehatan atau posko medis. IDAI Sumut juga tengah menyiapkan posko medis di beberapa titik pengungsian.
Kecukupan gizi anak harus dijaga. Anak tetap perlu makan teratur dengan gizi seimbang sesuai kemampuan keluarga. IDAI Sumut turut membuka posko bantuan makanan untuk bayi dan anak di Kantor IDAI Sumut.
Dukungan emosional bagi anak sangat penting. Orang tua diminta tetap tenang, menghindari pembicaraan yang menakutkan di depan anak, serta mengajak anak mengekspresikan perasaannya. Validasi atas perasaan takut, sedih, atau bingung perlu diberikan agar anak merasa aman.
Keamanan anak harus menjadi prioritas. Anak tidak boleh dibiarkan sendirian, terutama di area gelap, tergenang, atau ramai. Mereka juga perlu diajarkan mengenali orang dewasa tepercaya dan melapor bila merasa tidak nyaman.
Seruan kepada Pemerintah, Relawan, dan Masyarakat
Selain imbauan untuk keluarga, IDAI Sumut juga mengingatkan:
Pemerintah daerah dan relawan perlu memastikan ketersediaan posko kesehatan ramah anak, termasuk ruang laktasi, area bermain aman, serta fasilitas kebersihan dasar.
Masyarakat diajak membantu pemenuhan kebutuhan ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita di lokasi pengungsian, seperti popok, air minum, makanan bayi, pakaian bersih, serta perlengkapan kebersihan.
Kewaspadaan terhadap penyakit berbasis lingkungan, seperti leptospirosis, demam berdarah, dan infeksi kulit akibat paparan air kotor, harus ditingkatkan. Hindarkan anak dari bermain di genangan, biasakan cuci tangan pakai sabun, dan pastikan pakaian mereka bersih serta kering.
Sanitasi di lokasi pengungsian harus dijaga, termasuk pengelolaan sampah dan pembuangan tinja, guna mencegah penyebaran penyakit.
Sekretaris IDAI Sumut, dr. Cynthea Prima D, menegaskan bahwa perlindungan terhadap bayi dan anak memerlukan kerja sama semua pihak. “Kami berharap setiap pihak—keluarga, relawan, pemerintah, dan masyarakat umum—bisa berperan aktif. Kesehatan anak harus menjadi fokus utama dalam kondisi darurat seperti ini,” katanya.
Melalui ini, IDAI Sumut menegaskan komitmennya untuk terus mendampingi masyarakat yang terdampak banjir, termasuk melalui layanan medis dan bantuan untuk kebutuhan dasar anak.(id20)












