MEDAN (Waspada.id): Ketua DPC Partai Gerindra Kota Medan, Ihwan Ritonga menolak dengan tegas rencana Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, untuk bergabung di partai berlambang kepala burung garuda itu. Alasannya, hal itu tidak sejalan dengan prinsip dan jati diri partai besutan Prabowo Subianto, yang sekarang Presiden RI.
“Kita menolak dengan tegas rencana dan keinginan Budi Ari dan kawan-kawannya bergabung di Gerindra bukan berangkat dari kepentingan pribadi, melainkan demi menjaga marwah serta integritas Gerindra sebagai partai kader, bukan partai kendaraan politik,” kata Ihwan kepada wartawan di Medan, Sabtu (8/11).
Ihwan yang juga Wakil Ketua DPRD Sumut dari Partai Gerindra itu, merespon keinginan Budi dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, 7 Nopember 2025 lalu bahwa mantan Menkominfo itu berencana gabung dan sudah menyerahkan mekanisme perihal keputusannya untuk bergabung ke Partai Gerindra.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam Kongres III Projo yang berlangsung di Jakarta Selatan, di hadapan sejumlah tokoh termasuk Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.
Menyikapi hal itu, Ihwan Ritonga berpendapat, Budi Arie diketahui ikut berjuang memenangkan Prabowo dan Gibran Raka Buming Raka di pemilihan presiden tahun 2024, namun itu tidak dapat dimaknai telah menjadi bagian dari partai.
“Ada banyak hal yang perlu difahami termasuk pengorbanan, kesetiaan, dan konsistensi ideologi perjuangan yang sejalan dengan garis partai, bukan pragmatis dan untuk kepentingan sesaat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ihwan mengaatkan, Partai Gerindra memiliki garis perjuangan yang tegas dan berorientasi pada kepentingan rakyat. Karena itu, setiap orang yang ingin bergabung harus benar-benar memahami nilai perjuangan tersebut.
“Kader Partai Gerindra sejak dahulu memegang nilai loyalitas, komitmen, integritas dan martabat dan Budi Arie itu kalau menilai seorang yang inkonsisten, sehingga masih perlu diuji,” sebutnya.
Pejuang Politik
Ditambahkan, Partai Gerindra juga mengajarkan untuk selalu menjadi pejuang politik bukan politisi yang bekerja untuk kepentingan sesaat dan kepntingan pribadi.
Berkaitan dengan sepak terjang Budi Arie, yang tersangkut kasus hukum, kemudian ingin gabung ke Gerindra, Ihwan mengatakan, bukan hanya Partai Gerindra Kota Medan yang menolak, tetapi juga DPC di daerah di kabupaten/kota dengan sikap yang sama.
Disebutkan, langkah Budi Arie untuk bergabung dengan Partai Gerindra dipersepsikan publik sebagai langkah pragmatis semata, guna menjaga peluang politiknya agar tetap berada di lingkar kekuasaan Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
“Publik membaca langkah tersebut sebagai upaya berlindung dari potensi kasus hukum yang bisa menjerat dirinya. Selain itu, Budi Arie juga diduga ingin tetap mendapatkan posisi penting di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo,” ujar Ihwan.
Bahkan, jika Budi Arie kemudian hari benar-benar bergabung ke Partai Gerindra dinilai bakal menjadi bumerang bagi Presiden Prabowo Suabianto,
“Apabila Budi Arie benar-benar beragabung, hal itu justru berpotensi mengurangi kewibawaan Presiden Prabowo yang tengah mendapat kepercayaan besar dari masyarakat, karena komitmennya terhadap pemberantasan korupsi dan penegakan integritas pemerintahan, ” pungkasnya. (id06)












