MEDAN (Waspada.id) – Program Pascasarjana Universitas Medan Area (UMA) melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Aula Kantor Camat Medan Marelan, Kamis (9/10).
Kegiatan ini diikuti sekitar 50 peserta yang terdiri dari aparatur sipil negara (ASN), kepala lingkungan (kepling), serta masyarakat di wilayah Kecamatan Medan Marelan. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi nyata dunia akademik terhadap kebutuhan publik.
Dalam kegiatan tersebut, menghadirkan tiga narasumber kompeten, yakni Dr. Syafruddin Ritonga, M.AP yang membawakan materi “Hidup Sehat dengan Deteksi Dini Diabetes”, Dr. Wenggedes Frensh, S.H., M.H dengan tema “Penanggulangan Pencemaran Nama Baik Menggunakan Artificial Intelligence (AI)”, serta Dr. Maksum Syahri Lubis, S.STP., M.AP, yang turut memperkuat pemahaman peserta tentang peran aparatur dan masyarakat dalam menghadapi tantangan sosial di era digital.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan, teknologi, serta tata kelola sosial di lingkungan sekitar.
Dalam paparannya, Dr. Syafruddin Ritonga menyoroti fenomena meningkatnya kasus diabetes, khususnya pada anak-anak. Ia menyebutkan, berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes pada anak di Indonesia melonjak hingga 70 kali lipat pada Januari 2023 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Prevalensi diabetes anak kini mencapai 2 per 100.000 jiwa, meningkat signifikan dari 0,028 per 100.000 jiwa pada tahun 2010 dan hanya 0,004 per 100.000 jiwa pada tahun 2000. Mayoritas kasus ditemukan pada anak usia 10–14 tahun, dengan hampir 60 persen penderitanya adalah perempuan,” jelas Syafruddin di hadapan peserta.
Ia menjelaskan bahwa diabetes tipe 1 merupakan jenis yang paling banyak ditemukan pada anak-anak dengan proporsi 90–95 persen dari total kasus. Diabetes ini bersifat autoimun dan biasanya menyerang anak-anak serta remaja.
Sementara diabetes tipe 2, yang sebelumnya banyak ditemukan pada orang dewasa, kini mulai muncul pada anak-anak akibat pola makan tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.
“Faktor genetik dan hormonal juga berperan penting. Perubahan hormon pada masa pubertas dapat meningkatkan risiko gangguan metabolisme, terutama pada anak perempuan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Syafruddin menuturkan bahwa kasus diabetes anak terbanyak tercatat di 13 kota besar, di antaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, dan Denpasar.
Menurutnya, kondisi ini menjadi alarm bagi para orangtua untuk lebih memperhatikan asupan gizi, aktivitas fisik, serta pola tidur anak-anak mereka.
“Sebagian besar masyarakat baru memeriksakan diri ketika sudah terjadi komplikasi. Padahal, pemeriksaan rutin dan deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius di kemudian hari,” tegasnya.
Sementara itu, narasumber lainnya, Dr. Wenggedes Frensh, S.H., M.H, yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Kajian Magister Hukum UMA, membahas topik Penanggulangan Kejahatan Pencemaran Nama Baik Menggunakan Artificial Intelligence (AI). Ia menjelaskan bahwa kemajuan teknologi digital, di satu sisi, memberikan kemudahan dalam berbagai bidang, namun juga melahirkan tantangan baru berupa kejahatan siber (cybercrime).
Menurut Wenggedes, pencemaran nama baik dengan memanfaatkan teknologi AI—seperti manipulasi gambar, teks, atau video (deepfake)—dapat menimbulkan kerugian besar bagi individu maupun lembaga. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan hukum dan etika siber (cyberethics) dalam menanggulanginya.
“Etika siber perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar paham bahwa meskipun pencemaran nama baik dilakukan menggunakan AI, pelaku tetap dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. Kesadaran digital menjadi hal yang sangat penting di era teknologi seperti sekarang ini,” tegasnya.
Camat Medan Marelan, Dr. Zulkifli Syahputra Pulungan, S.STP., M.AP, menyampaikan apresiasinya atas kegiatan yang diinisiasi oleh Pascasarjana UMA tersebut. Ia menilai kegiatan ini sangat bermanfaat bagi aparatur kecamatan dan masyarakat karena memberikan wawasan praktis yang bisa langsung diterapkan di lingkungan masing-masing.
“Kami sangat berterima kasih atas edukasi yang diberikan. Dari hasil pemeriksaan tes diabetes tadi, ada beberapa peserta yang diduga mengalami gejala diabetes. Dengan kegiatan ini, mereka jadi lebih sadar untuk memeriksakan diri dan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat,” ungkap Zulkifli.
Ia berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan secara berkesinambungan di berbagai kelurahan agar edukasi terkait kesehatan dan literasi digital semakin meluas. “Masyarakat yang sehat dan melek teknologi adalah kunci untuk membangun lingkungan yang kuat dan produktif,” ujarnya menambahkan.
Kegiatan berlangsung interaktif, dengan sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber. Peserta terlihat antusias, terutama ketika membahas bagaimana cara mengenali gejala awal diabetes dan langkah-langkah menghadapi penyebaran hoaks serta pencemaran nama baik di dunia maya.
Sementara itu kegiatan tersebut diawali dengan pemeriksaan kesehatan gratis bagi peserta, termasuk pengecekan kadar gula darah dan konsultasi ringan mengenai gaya hidup sehat. (id20)