Medan

Kerugian Infrastruktur Akibat Banjir Rp1,1 Triliun

Kerugian Infrastruktur Akibat Banjir Rp1,1 Triliun
Jembatan utama yang menghubungkan Tapteng dan Tapsel, putus akibat banjir dan tanah longsor yang terjadi. Waspada.Id/ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.Id): Bencana banjir dan longsor yang melanda Sumut sekarang ini, tercatat sebagai salah satu krisis terbesar dalam 10 tahun terakhir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut mendata, kerusakan paling nyata terlihat pada infrastruktur dasar dan pelayanan publik.Total sementara diperkirakan Rp 1,18 triliun.

Kamis (4/12), BPBD Sumut merilis data terbaru tentang peristiwa banjir dan tanah longsor yang terjadi di Sumut. Disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Sumut Tuahta Ramajaya Saragih, banjir dan tanah longsor yang terjadi di Sumut sepanjang akhir November hingga awal Desember 2025, merupakan satu krisis terbesar dalam satu dekade terakhir.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Laporan terbaru BPBD Sumut yang diperbaharui pukul 09:00 mencatat beberapa hal. Yang terbaru adalah data tentang infrasruktur dasar dan pelayanan publik. Itupun diakui, masih banyak data kerusakan yang belum tuntas dihimpun, khususnya di sektor perumahan, perbankan, dan beberapa unit layanan publik.

BPBD mencatat, kerusakan paling nyata terlihat pada infrastruktur dasar. Terdapat 24 ruas jalan dan 88 titik kerusakan, dengan nilai kerugian awal mencapai Rp 60,65 miliar. Empat jembatan rusak dan belasan tanggul jebol.

Di sektor sumber daya air, kerusakan jauh lebih parah. Tercatat 8 daerah irigasi terdampak seluas 2.482 hektar, 5 bendung, 5 saluran irigasi, dan 13 titik tanggul rusak, dengan total kerugian sementara Rp 85,5 miliar. PDAM Tirtanadi juga tak luput dari dampak. 13 cabang layanan air bersih terganggu, sehingga berpotensi memicu krisis air di berbagai kota/kabupaten.

Dari seluruh sektor, pertanian merupakan yang paling babak belur. Sementara ini tercatat 34.290 hektar lahan terdampak, 4.196 hektar puso total dengan kerugian Rp 828,8 miliar

Di sektor perkebunan, terdata 33.316 hektar terdampak dengan kerugian yang belum dihitung. Di sektor peternakan, 110.914 ekor ternak terdampak.

Pendidikan juga lumpuh. Dimana 374 sekolah rusak. Terdiri dari SD 263,
SMP 32, SMK 25, SMA/SM 51, dan
SLB, 3. Kerugian sektor ini diperkirakan mencapai Rp 210,6 miliar.

Sementara untuk sektor kesehatan, data sementara BPBD Sumut terdiri daei 188 rumah sakit, 350 Puskesmas, dan 1006 Pustu. Kemudian BPBD juga mendata 54 rumah ibadah dilaporkan rusak, namun nilainya belum ditetapkan.

Hingga pagi ini, hari Kamis, BPBD baru memastikan 40.784 unit rumah terdampak. Sementara angka kerugian disebut masih dalam proses rekapitulasi.

Dengan menyatukan seluruh data, kerugian sementara yang sudah terhitung baru dari tiga sektor. Yakni infrastruktur jalan Rp 60,65 miliar, Sumber Daya Air Rp 85,5 miliar, Pendidikan Rp 210,6 miliar dan
Pertanian Rp 828,8 miliar. Total seluruhnya Rp 1,18 triliun.

“Namun angka ini belum termasuk kerugian besar di sektor perumahan, kesehatan, air bersih, perkebunan, peternakan, dan perbankan,” kata Kepala BPBD Sumut Tuahta Saragih.

Sementara untuk keluarga terdampak, BPBD Sumut mencatat 444.623 kepala keluarga atau 1.682.825 jiwa terdampak.

Dari jumlah itu, sebanyak 40.355 jiwa masih mengungsi. Sementara angka korban jiwa melonjak menjadi 307 orang meninggal dunia, 646 luka-luka, dan 167 orang dinyatakan hilang.

Peta BPBD menunjukkan, kerusakan paling berat terjadi di wilayah Tapanuli Tengah (Tapteng), Tapanuli Selatan (Tapsel), Mandailing Natal (Madina), Dairi, Humbang Hasundutan, Simalungun, Deliserdang dan Medan. (Id05)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE