Medan

Kerugian Tanaman Pangan Sumut Akibat Banjir Tembus Rp 922 M, Padi Alami Kerusakan Terbesar

Kerugian Tanaman Pangan Sumut Akibat Banjir Tembus Rp 922 M, Padi Alami Kerusakan Terbesar
Lahan pertanian di Kabupaten Tapanuli Selatan terdampak banjir. Waspada.id/ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Dampak banjir dan longsor yang terjadi sejak akhir November secara signifikan memukul sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan laporan resmi Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara (Ketapang TPH Provsu) bahwa total potensi kerugian sementara mencapai Rp 922,2 miliar, mencakup kerusakan tanaman pangan, hortikultura, dan jaringan irigasi tersier.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Data terbaru pada data yang disampaikan pada 1 Desember 2025 pukul 12.00 WIB menunjukkan bahwa komoditas padi mengalami kerugian terbesar, disusul jagung dan komoditas pangan lainnya.

Marino, SP, MM selaku Kepala UPTD. Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan Dinas Ketapang TPH Provsu mengatakan kerugian Tanaman Padi Capai Rp 637,25 Miliar.

“Kerusakan paling signifikan terjadi pada tanaman padi yang tersebar di 14 kabupaten/kota dengan total lahan terdampak seluas 33.049,41 hektare, sementara lahan puso mencapai 3.878,75 hektare. Akibatnya, Sumut kehilangan produksi sebesar 98.038,73 ton gabah kering panen,” jelasnya pada Rabu (3/12).

Dijelaskan Marino, kerusakan Padi per Kabupaten/Kota diantaranya kabupaten Mandailing Natal tercatat sebagai wilayah dengan dampak terbesar, dengan lahan terkena seluas 4.025,23 hektare, puso 3.459 hektare, kehilangan hasil sebanyak 19.869,51 ton, dan nilai kerugian mencapai Rp 129,15 miliar.

Tapanuli Selatan juga mengalami kerugian besar dengan lahan terdampak 843,75 hektare, puso 299,50 hektare, kehilangan hasil 3.035,16 ton, dan nilai kerugian sebesar Rp 19,72 miliar. Sementara itu, Kota Padangsidimpuan mencatat lahan terdampak 2,51 hektare, puso 1,25 hektare, kehilangan hasil 14,76 ton, dengan kerugian mencapai Rp 96,47 juta.

Kota Medan turut mengalami dampak dengan 281 hektare lahan terdampak dan kehilangan hasil 796,94 ton, menyebabkan kerugian sekitar Rp 4,84 miliar. Kabupaten Pakpak Bharat mencatat lahan terdampak 66,09 hektare, namun tanpa puso dan tanpa nilai kerugian.

Deli Serdang menjadi salah satu daerah dengan kerugian terbesar setelah Mandailing Natal, yaitu lahan terdampak 12.231,15 hektare, kehilangan hasil 32.471,87 ton, dan nilai kerugian mencapai Rp 211,06 miliar.

Kabupaten Langkat mencatat lahan terdampak 665,91 hektare, kehilangan hasil 17.586,39 ton, dengan nilai kerugian Rp 114,28 miliar. Di Kota Binjai, kehilangan hasil mencapai 109,16 ton, menimbulkan kerugian sekitar Rp 690 juta.

Tapanuli Utara juga terdampak signifikan dengan lahan terkena 261,35 hektare, puso 119 hektare, kehilangan hasil 1.896,19 ton, dan kerugian sebesar Rp 12,34 miliar. Sementara itu, Serdang Bedagai mencatat lahan terdampak 7.882,48 hektare, kehilangan hasil 20.906,28 ton, dengan total kerugian mencapai Rp 141,86 miliar.

Beberapa daerah lain seperti Tebing Tinggi dan Simalungun mencatat lahan terdampak, namun tanpa puso dan tanpa nilai kerugian. Kabupaten Batubara melaporkan kehilangan hasil 2.518,17 ton dengan nilai kerugian Rp 14,43 miliar, sedangkan Asahan mencatat kerugian sebesar Rp 27,83 miliar dari kehilangan hasil 4.334,59 ton.

Secara keseluruhan, dampak banjir terhadap tanaman padi di Sumatera Utara sangat besar, baik dari sisi luas lahan, produksi, maupun nilai ekonominya. Pemerintah daerah diharapkan dapat segera melakukan langkah pemulihan dan dukungan kepada para petani yang terdampak.

ia juga menjelaskan bahwa Jagung Ikut terdampak, kerugian tembus Rp 14,7 Miliar. “Selain padi, komoditas jagung juga mengalami kerusakan di lima kabupaten dengan total kerugian mencapai Rp 14.749.941.325,08.

“Rincian Kerusakan Jagung dengan total lahan terdampak: 604,30 hektare, puso: 309,60 hektare, kehilangan hasil: 2.836,53 ton. Kabupaten Mandailing Natal mencatat kerusakan terbesar dengan kerugian mencapai Rp 9,94 miliar, disusul Tapanuli Selatan dan Langkat. Namun Jika digabungkan dengan kerusakan hortikultura dan jaringan irigasi tersier, total kerugian tercatat sebagai berikut, tanaman pangan Rp 652.067.017.566,20, Hortikultura Rp 190.648.543.560,00, Jaringan irigasi tersier Rp 79.484.641.300,00 sehingga total Rp 922.200.202.426,20,” tegasnya.

Untuk mengantisipasi persoalan ini adapun berbagai upaya yang akan dilakukan yakni pemulihan jaringan irigasi tersier di wilayah terdampak berat, bantuan benih dan sarana produksi untuk petani melakukan tanam ulang, monitoring harian untuk memperbarui data kerusakan dan kebutuhan di lapangan. dan koordinasi lintas instansi untuk percepatan pemulihan pertanian.

“Tanaman padi saat ini kondisinya masih tergenang artinya sudah satu minggu. artinya kita melihat sudah 1 minggu tanaman padi tersebut masih terendam kemungkinan besar sudah akan Puso yang artinya petani akan gagal panen. untuk mengantisipasi itu, kita bekerjasama dengan kementrian telah menyiapkan benih padi sebanyak 40 ribu Hektar ke Sumut berati ada 1000 Ton yang akan dibagikan ke petani di sumut yang terdampak banjir,” tandasnya. (id20)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE