MEDAN (Waspada): Ketua Umum Gema Santri Nusa sekaligus Pengasuh Majlis Sholawat Ahlul Kirom KH Akhmad Khambali bersilaturrahim dengan Kapolrestabes Medan Kombes Gidion Arif Setyawan, Selasa (22/10).
Usai bersilaturrahim, KH Akhmad Khambali menyebutkan, motto yang dicanangkan Kapolrestbes Medan Kombes Gidion Arif Setyawan yaitu Kota Medan dan sebagian wilayah Deliserdang harus kondusif dan maju, untuk akselerasi program kerja Polrestabes lebih cepat memiliki makna yang besar.
“Medan kondusif dan maju adalah sebuah representasi dari Pancasila, sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di Wilayah Hukum Polrestabes Medan,” ujar KH Akhmad Khambali yang juga pengasuh Ponpes Wirausaha Ahlul Kirom.
Kepada Kapolrestabes Medan, KH Khambali menyebutkan, sebuah paramater dari Indonesia adalah Kota Medan yang mampu untuk memperkokoh kedaulatan, persatuan dan kesatuan Indonesia.
Makna Medan kondusif dan maju saat ini bukan hanya sebagai kata, Medan kondusif dan maju adalah kesempatan. Kesempatan untuk bermimpi hingga jadi nyata dan kesempatan untuk berkarya tanpa batas.
“Sekarang saatnya fokus pada hal yang benar-benar penting dalam menyatukan keberagaman melalui kolaborasi, untuk memperkenalkan jati diri masyarakat Kota Medan yang heterogen,” ujar KH. Akhmad Khambali, yang juga Pengasuh Majelis Sholawat Ahlul Kirom.
Dalam mengukur kemajuan suatu Kota, sebut Kyai Khambali, ada tiga kriteria yang bisa dijadikan sebagai landasan. Ketiga kriteria tersebut disebutkan oleh Allah Swt dalam surat Al-Quraisy.
“Pertama Falya’buduu rabba hadzal bait, yaitu masyarakat yang senang beribadah kepada Rabb hadzal bait, Ka’bah, yaitu Allah SWT, ” ungkap Kyai Khambali.
Menurut Kyai Khambali yang juga Ketua Umum Gema Santri Nusa, surat ini ditujukan untuk kaum Quraisy, namun demikian perintahnya tetap berlaku untuk semua orang, karena suku Quraisy yang digambarkan sebagai orang yang kuat dan kaya saja diharuskan untuk beribadah, apalagi orang yang lemah dan miskin.
Kriteria yang kedua, kata dia, Alladzi ath’amahum min ju’in wa amanahum min khauf, yaitu potensi ekonomi yang kuat atau dalam istilah Jawa disebut wong sing wetenge ngelih, pikiran ngalih, yaitu orang yang perutnya lapar dapat mempengaruhi kualitas seseorang dalam mengerjakan sesuatu.
Kyai Khambali, demikian biasa disapa melanjutkan, setelah masyarakat bisa senang dalam beribadah dan juga ekonominya kuat, maka akan tercipta amanahum min khauf, yaitu keamanan dari rasa takut. Suatu tatanan masyarakat yang aman dan tentram tanpa adanya kejahatan.
Dalam kesempatan Rutinan Maulid Diba’, Tahlil dan Sholawat Munajat setiap malam Rabu, Kyai Khambali berharap dengan Kapolrestabes yang baru Kombes Gidion Arif Setyawan dapat menjadi bagian dalam menyukseskan salah satu dari tiga kriteria wilayah hukum Kapolrestabes Medan, sehingga dapat menjadikan Kota Medan dan sebagian wilayah Deliserdang sebagai wilayah Hukum yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.
Dalam pesannya kepada para jamaah, mari kita doakan, agar Bapak Kombes Gidion Arif Setyawan selaku Kapolrestabes dalam memimpin diberikan kesehatan lahir bathin, dan dijauhkan dari marabahaya serta dicintai masyarakat Kota Medan khususnya.
“Kami minta jamaah Majlis Ahlul Kirim, harus selalu support secara ikhlas dan bantu wujudkan program-program Kapolrestabes Medan Bapak Kombes Gidion Arif Setyawan, karena ini kewajiban kita semua, diminta atau tidak diminta, dari dulu Majlis Ahlul Kirom selalu membantu dari belakang, makanya kita sebut tim siluman alias Silaturrahim Ulama Nasional,” ujar Kyai Khambali yang juga Pengurus Badan Penanggulangan Ekstrimisme Terorisme ( BPET ) MUI Pusat.(m27)