MEDAN (Waspada.id): Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU) bekerja sama dengan University of Cyberjaya (UoC) Malaysia, Hospital Canselor Tuanku Muhriz UKM (HCTM) Malaysia, dan RSUD Dr. Pirngadi Medan melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat untuk mengatasi masalah resistensi antibiotik (Antimicrobial Resistance/AMR) pada 25 September 2025 kemarin.
Program ini fokus pada pembentukan kader Antimicrobial Stewardship (AMS), serta memberikan edukasi dan konseling terkait penggunaan antibiotik yang rasional bagi tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit di Kota Medan.
Ketua tim pengabdian, Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt., menjelaskan bahwa resistensi antibiotik saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan global.
Data Kementerian Kesehatan RI (2024) menunjukkan lebih dari 70% apotek di Indonesia masih memberikan antibiotik tanpa resep dokter.
“Kondisi ini mendorong peningkatan angka resistensi dan membahayakan efektivitas pengobatan infeksi,” ujarnya.
Melalui program ini, tim USU difasilitasi oleh RSUD Dr. Pirngadi Medan melalui Pirngadi Training Centre dengan dukungan dr. Ade Winata, Sp.An., KIC., FISQua dan apt. Dra. Peri Aisyah, M.Farm.
Bersama para pakar Dr. Nurul Adilla Jamaluddin, BPharm(Hons.), MClinPharm, Ph.D. (University of Cyberjaya); Assoc. Prof. Dr. Petrick Periyasamy (HCTM); Dr. Lau Chee Lan (HCTM) dan dr. Ade Winata, Sp.An., KIC., FISQua (RSUD Dr. Pirngadi), memberikan pemaparan mengenai konseling AMR kepada para peserta yang terdiri dari dokter, apoteker, dan perawat.

Peserta berasal dari RSUD Dr. Pirngadi Medan, RS Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis Universitas Sumatera Utara, dan RSUP H. Adam Malik Medan.
Para peserta didorong menjadi garda terdepan dalam mengedukasi pasien tentang penggunaan antibiotik yang benar, pentingnya kepatuhan dalam terapi, serta bahaya penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Sebelum workshop ini dilakukan, Tim USU terlebih dahulu juga sudah melakukan studi banding ke University of Cyberjaya dan Hospital Canselor Tuanku Muhriz UKM (HCTM) Malaysia untuk mempelajari praktik penerapan program AMS, mulai dari awal mula bergeraknya AMS, dilakukannya telaah penggunaan antibiotik serta aplikasinya dalam program AMS yang kini telah berjalan rutin di HCTM Malaysia.
Kegiatan ini melibatkan tim dosen yang terdiri dari Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt.; Marianne, S.Si., M.Si., Apt.; Dwi Lestari P, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt.; dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis, PGDip PID, M.Ked(Ped), Sp.A, Ph.D; apt. Ade Sri Rohani S.Farm., M.Farm.; apt. Nurul Suci S.Farm., M.Farm.;serta apt. Wulan Panduwi Melasari S.Farm., M.Farm.Klin.
Bersama para dosen hadir lima mahasiswa Farmasi USU yakni Jesslyn Helena Putri Lase, Afzaal Fayzul Haq, Nesy Nolanrisa Simorangkir, Joyana Cleopatra Napitupulu, dan Ahmad Fawwaz Dalimunthe, yang turut mendukung pelaksanaan edukasi serta dipersiapkan menjadi kader AMS di masa depan.

“Kami ingin para tenaga kesehatan dan manajemen rumah sakit tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu melakukan konseling dan penerapan langsung kepada pasien serta komunitas. Dengan begitu, mereka dapat menjadi agen perubahan dalam mengurangi resistensi antibiotik di masyarakat. Lebih jauh lagi, diperlukan penerapan sistem yang efektif sebagai penunjang penurunan angka resistensi, sekaligus memastikan pemberian antibiotik yang tepat, aman, dan efektif kepada pasien agar kualitas layanan kesehatan semakin optimal,” jelas Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt., selaku Ketua Tim Pengabdian.
Program yang berlangsung sejak April hingga September 2025 ini bertujuan memberikan edukasi komprehensif kepada masyarakat, mencakup bahaya resistensi antibiotik jangka panjang, cara penggunaan yang benar, serta kondisi medis yang membutuhkan antibiotik.
Kegiatan ini juga mendampingi tenaga kesehatan dalam meningkatkan kapasitas edukasi dan konseling.
Dampak akhir yang diharapkan adalah peningkatan kualitas kesehatan, penurunan angka resistensi antibiotik, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya di Kota Medan. (id16)