MEDAN (Waspada): Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kota Medan menggelar seminar dan refleksi Isra Mi’raj, relevansinya dengan kebangkitan peradaban Islam, Sabtu (25/2) di aula kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan.
Hadir sebagai keynote speaker Ketua Umum MUI Kota Medan, Dr Hasan Matsum, MAg, dan narasumber Guru besar UIN SU dari Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Prof Dr Azhari Akmal Tarigan, MAg,
Dosen Ilmu Tasawuf UINSU, Dr M Iqbal Irham l, MAg dan Sekretaris Umum MUI Kota Medan, Dr Syukri Albani Nasution. Dengan peserta dari unsur pengurus MUI Kota Medan, Kahmi dan beberapa elemen masyarakat.
Dijelaskan Ketua Umum Majelis Daerah Kahmi Kota Medan, Dr. dr. H. Delyuzar M.Ked (PA), Sp.PA (K), acara seminar yang menghadirkan tiga narasumber yakni dari Prof Azhari Akmal Tarigan menyimpulkan dengan relevansi pembentukan peradaban Islam dilihat bagaimana orang beribadah ketika shalatnya akan membuat dia menjadi lebih melakukan aktivisme sosial.
“Itu artinya hubungannya baik dengan Tuhan dengan mencerminkan perilaku sosial yang baik pula,” ucapnya.
Sementara dari narasumber Dr Syukri Albani, dilanjutkan dr Delyuzar, dari paparannya menekankan bahwa yang harus dilihat dari ibadah shalat itu adalah bagaimana dampaknya dalam kehidupan sosial. Jadi kalau orang masih Shalat tapi masih jahat dan tidak peduli dengan lingkungan sosial, maka menunjukkan apakah sudah benar ibadahnya.
Sedangkan dari paparan Dr Ustadz Iqbal, melihat bahwa untuk seseorang itu bisa baik jika hubungan utamanya dengan Tuhan juga baik.
“Perbaiki dulu secara personal dan selanjutnya akan muncul aspek sosialnya.
“Jadi secara umum semua membicarakan bahwa terjadinya perubahan peradaban ketika manusia dengan contoh Nabi Muhammad Saw itu mempunyai hubungan langsung dengan Tuhan denganakhirnya menerima wahyu dan itu adalah awal dari pembentukan peradaban Islam,” jelasnya.
Dengan pelaksanaan seminar dan refleksi Isra Miraj ini, lanjut dr Delyuzar diharapkan terjadinya perubahan dan munculnya peradaban baru dengan umat menjadi lebih taat kepada Maha Pencipta.
“Kita ingin peradaban Islam ini dipandang secara universal untuk membangun peradaban dunia agar menjadi lebih baik lagi,” katanya.
Sebelumnya Dr Hasan Matsum menyampaikan, banyak peristiwa penting
Isra Mi’raj yaitu perintah shalat. Allah SWT meminta umatnya menegakkan shalat lima waktu kepada setiap muslim.
Di dalam shalat, segala simbol kesombongan diri benar-benar ditiadakan. Melalui gerakan sujud misalnya, umat diminta mensejajarkan kepala, telapak tangan, dan kaki dengan sama-sama rendah.
“Kita diajarkan tentang kesetaraan dan kesederhanaan, serta kesadaran akan kebesaran Allah SWT. Peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai perwujudan mengajarkan komitmen dan kepercayaan yang total. Tanpa komitmen dan kepercayaan yang penuh, maka sulit sekali meyakini Nabi telah melakukan perjalanan sejauh itu dengan waktu sedemikian singkat,” imbuh Hasan Matsum. (h01)
Teks
Majelis Daerah KAHMI Kota Medan menggelar seminar dan refleksi Isra Mi’raj, relevansinya dengan kebangkitan peradaban Islam, Sabtu (25/2) di aula kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan. Waspada/Yuni Naibaho