MEDAN (Waspada): Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar diminta tidak gegabah ikut menerapkan pelajaran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan coding di madrasah dan pondok pesantren. Hal itu disampaikan Praktisi Media di Sumut, Fahriza Marta Tanjung, Senin (18/11).
“Saya kira kita jangan terlalu gegabah untuk memberikan beban kepada murid dan sekolah untuk mempelajari berbagai kompetensi,” ujar Fahriza.
Hal lain yang membuat dia tidak sepakat pembelajaran AI dan Coding pada siswa madrasah dan pesantren, karena sudah banyak pembelajaran intrakurikuler dan kokurikiler yang dibebankan ke sekolah.
“Hasilnya apa, masih ada siswa yang belum bisa baca walaupun uda SMA.Masih banyak siswa yang gak paham perhitungan dasar. Jadi segala macam perencanaan ini seharusnya lebih membumi. Jadi kalau bisa fokus saja pada kompetensi yang sudah ada di kurikulum dan penguatan karakter,” sebutnya.
Lanjut dia, sementara untuk pembelajaran AI taupun Coding biarkan untuk sekolah kejuruan yang ada jurusan tersebut.
Sebagaimana diberitakan, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar berencana ikut menerapkan pelajaran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan coding di madrasah dan pondok pesantren.
Nasaruddin menyampaikan tidak ada perbedaan antara sekolah di bawah naungan Kemenag dengan sekolah di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
“Tidak ada semacam perbedaan. Jadi kalau di sana canggih, di sini pun juga harus canggih,” kata Nasaruddin dalam jumpa pers di sela Rapat Kerja Nasional Kemenag di Bogor, Jumat (15/11).
Nasaruddin mengatakan Kemenag dan Kemendikdasmen pun berada di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Tentu kebijakan yang diterapkan akan sama.
Sebelumnya, penerapan pelajaran AI dan coding di sekolah dasar digagas oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Gibran mengatakan anak-anak Indonesia harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti mengatakan, ada rencana penerapan pelajaran AI dan coding sejak kelas 4 SD. Mata pelajaran ini akan bersifat opsional, sehingga hanya sekolah yang mampu yang akan menerapkan.(m22)
Ilustrasi