MEDAN (Waspada): Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Sumatera Utara menyembelih 116 hewan kurban dalam momen Idul Adha, Rabu (28/6).
Penyembelihan hewan kurban didahului shalat Idul Adha yang diikuti ratusan jamaah di gedung MTA Perwakilan Deliserdang Jalan Perhubungan Percut Seituan.
Koordinator MTA Sumatera Utara Ustadz Supono Saputro merinci, jumlah hewan kurban terdiri dari 92 ekor lembu dan 24 ekor kambing. “Untuk Rayon Deliserdang terdiri dari 72 ekor lembu dan lima ekor kambing,” ujarnya.
Dikatakan, jumlah hewan kurban tersebut merupakan dari pekurban anggota MTA dari perwakilan beberapa daerah seperti Medan, Binjai, Langkat, Deliserdang, Batubara, Simalungun.
“Total peserta kurban 504 orang yang terdiri dari kurban lus 126 peserta, kurban biasa 378 peserta dengan jumlah panitia kurban mencapai 556 orang yang terbagi ke dalam 25 pos kerja,” jelasnya.
Dari jumlah hewan kurban sebanyak itu dihasilkan daging kurban sebanyak 4.500 kilogram yang dibagi ke dalam 6.000 kantong daging.
“Daging kurban ini dibagikan ke delapan perwakilan MTA dan 12 cabang MTA wilayah Medan sekitarnya ditambah masyarakat sekitar MTA,” sebut Ustadz Supono.
Revolusi Mental
Sebelum pemotongan hewan kurban, Ustadz Supono Saputro bertindak sebagai khattib shalat Idul adha di Gedung MTA Perwakilan Deliserdang dengan judul khutbah “Revolusi Mental dalam Pandangan Islam”.
“Dalam pandangan Al-Qur’an, pembangunan revolusi mental adalah upaya mencetak masyarakat yang baik, bermoral, beradab dan berakhlak mulia. Konsekuensinya, masyarakat seperti ini adalah masyarakat yang kenal akan Tuhannya, tahu dan sadar akan dirinya mengkuti jalan para nabi dan jalan pewarisnya..,” tuturnya.
Dikatakan, masyarakat beradab dan beradab juga harus memahami potensi dirinya dan bias amengembangkan potensinya demi kemaslahatan diri dan umat sesuai dengan amana dari Allah SWT. Dengan kata lain, revolusi mental adalah sebuah proses prubahan yang sifatnya integral antara ‘jiwa’ dan ‘pelaku’,” urainya.
Menurut Ustad Supono, dalam perspektif pendidikan, khususnya Islam, revolusi mental tidak hanya sebatas diorientasikan pada aspek normatif saja.
Sebab pendidikan dalam Islam tidak hanya sekedar dikamnai sebagai proses alih budaya atau alih ilmu (transfer of knowledge) saja, melainkan sekaligus dimaknai sebagai proses alih nilai (transfer of value).
“Artinya revolusi mental dalam pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian seseorang agar menjadi lebih baik. Baik secara fisik, mental-emosional, mental-intelektual, mental-sosial, maupun mental-spiritual,” papar Ustad Supono.
Dengan revolusi mental dalam perspektif pendidikan Islam ini, sambungnya, maka terhapuslah bidaya atau tradisi jahiliyah yang sangat tidak mendidik dan merusak seperti rakus, tamak, congkak, korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja yang rendah, intoleransi terhadap perbedaan, ingin menang dan merasa benar sendiri dan sebagainya,” katanya.(m05)
Teks;
Koordinator MTA Sumatera Utara Ustadz Supono Saputro saat mengimami jamaah shalat Idul Adha yang diikuti ratusan jamaah di gedung MTA Perwakilan Deliserdang Jalan Perhubungan Percut Seituan.
Waspada/ist.