MEDAN (Waspada.id): Perayaan Natal Oikumene Lembaga XX Tahun 2025 Universitas Sumatera Utara (USU) tak berhenti pada ritual ibadah dan perayaan simbolik. Lebih dari itu, Natal Oikumene tahun ini menjelma menjadi gerakan solidaritas sosial yang menyentuh langsung kelompok rentan, penyintas bencana, hingga komunitas imigran di Sumatera Utara.
Dengan mengusung tema “Spread Love and Stay United” (Kolose 3:14), perayaan yang digelar di Auditorium USU, Jalan Dr. Mansyur, Medan, Sabtu (13/12/2025), dihadiri hampir dua ribu peserta dari kalangan mahasiswa, orang tua, alumni, sivitas akademika, serta tamu undangan lintas institusi dan negara.
Natal Oikumene USU 2025 sejak awal dirancang bukan hanya sebagai perayaan keagamaan internal kampus, tetapi sebagai ruang perjumpaan lintas budaya dan kepedulian sosial. Hal ini tercermin dari kehadiran pimpinan universitas, pejabat pemerintah daerah, alumni yang kini mengabdi di pemerintahan, serta perwakilan konsulat asing dari Amerika Serikat, India, dan Jepang.
Ketua Panitia, Dr. Drs. Tunggul Sihombing, M.Si, menegaskan bahwa Natal harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Menurutnya, panitia telah melaksanakan sejumlah kegiatan sosial sebagai rangkaian perayaan Natal Oikumene 2025, di antaranya pelayanan kepada komunitas imigran dan anak-anak imigran melalui pendampingan, edukasi, serta bantuan kebutuhan dasar.
Selain itu, panitia juga menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada penyintas banjir dan longsor di sejumlah wilayah Sumatera. Salah satu bentuk bantuan yang menjadi perhatian adalah pengiriman lampu tenaga surya ke daerah terdampak di Tapanuli Tengah, sebagai simbol harapan dan keberlanjutan bagi masyarakat yang masih menghadapi keterbatasan akses listrik pascabencana.
“Sebagian kolekte Natal juga kami alokasikan untuk membantu penyintas banjir dan longsor, termasuk masyarakat Desa Sibalanga dan Pagaran Lambung, Kecamatan Adian Koting. Kami ingin menegaskan bahwa kasih dan solidaritas tidak berhenti di ruang ibadah, tetapi hadir dalam kehidupan nyata masyarakat,” ujar Tunggul.
Dari sisi peribadahan, Natal Oikumene USU 2025 juga menampilkan wajah inklusivitas yang kuat. Liturgi disampaikan dalam berbagai bahasa—Indonesia, Jepang, Tamil, dan Persia—menegaskan pesan bahwa kasih Kristus melampaui sekat bahasa, etnis, dan kebangsaan.
Mahasiswa USU turut menampilkan drama bertema inklusivitas dan solidaritas sosial yang mengkritisi egoisme serta etnosentrisme, sekaligus mengajak refleksi tentang pentingnya saling menghargai dalam keberagaman. Pertunjukan seni ini memperkuat pesan bahwa toleransi dan empati merupakan fondasi penting dalam kehidupan bersama.
Koordinator Publikasi Acara, Dr. Henri Sitorus, M.Sc, menyampaikan bahwa rangkaian ibadah dan perayaan juga diisi oleh paduan suara lintas komunitas, tarian budaya dari berbagai daerah, serta musikalisasi puisi yang memperkaya makna spiritual Natal.
Perayaan ditutup dengan penampilan seni budaya dan musik modern yang dikemas secara kreatif, menampilkan kekayaan ekspresi generasi muda USU. Perpaduan seni tradisional Papua dan musik urban Medan menjadi simbol bahwa Natal dapat dirayakan secara kontekstual tanpa kehilangan esensi kasih dan persatuan. (id06/rel)











