MEDAN (Waspada): Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dianggap kekanak kanakan jika mengartikan kritik sebagai bully. Publik bisa akan lebih percaya pada Gubernur Edy jika mampu jawab kritikan dengan hasil kinerja.
Hal itu disampaikan Pengamat Komunikasi Politik Universitas Medan Area (UMA) Ara Auza, S.I.Kom., M.I.Kom (foto) Jumat (9/9), saat diwawancarai terkait pernyataan Gubernur Edy yang mengaku dibully oleh Golkar soal proyek Rp2,7 triliun.
Ara mengatakan, jika dalam konteks proyek pembangunan 2,7 triliun Golkar bersikap kritis bukan berarti Golkar tidak mendukung pembangunan di Sumut.
“Sekarang ini kan diartikan berbeda. Golkar itu kritisi mekanisme proyek 2,7 triliun agar semuanya berjalan sesuai prosedur dan Kepala Daerahnya tidak terjerat pelanggaran hukum dikemudian hari. Jadi proses nya yang dikritik, bukan proyek pembangunan yang ditolak,” kata Ara.
Menurut Ara, selama ini Edy cenderung blunder dalam menyampaikan banyak hal. Kata dia, ada beberapa hal penyebab mengapa Edy cenderung dis orientasi dalam berpidato. Pertama rendahnya penguasaan analisis materi, spontanitas tanpa pengetahuan dan bisa jadi strategi komunikasi menutupi minimnya kinerja.
“Dalam komunikasi ini sebenernya sederhana, figur bicara bisa dimengerti, konkret, bicara capaian kinerja dan planning apa yang sudah dieksekusi. Saat ini kan publik tidak pernah dipaparkan hal tersebut,” kata Ara. (m06)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.