Medan

Ahmad Darwis Soroti Nasib Guru Yang Bergulat Di Tengah Ketidakpastian

Ahmad Darwis Soroti Nasib Guru Yang Bergulat Di Tengah Ketidakpastian
Anggota DPRD Sumatera Utara dari Komisi E, Ahmad Darwis. Waspada.id/ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Anggota DPRD Sumatera Utara dari Komisi E, Ahmad Darwis, menyampaikan apresiasi mendalam pada momentum Hari Guru Nasional, yang diperingati setiap tahun tanggal 25 November 2025.

Ia menegaskan bahwa guru bukan hanya pengajar di kelas, tetapi juga penjaga masa depan bangsa yang bekerja di tengah berbagai keterbatasan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Setiap tahun kita merayakan Hari Guru. Namun setiap tahun pula kita diingatkan bahwa perjuangan guru masih panjang,” ujar Ahmad Darwis, dalam keterangannya kepada Waspada.id, di Medan, Minggu (23/11).

Anggota Dewan sekaligus tenaga pendidik itu, merespon Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, dengan tema resmi tahun ini adalah “Guru Hebat, Indonesia Kuat”.

Menyikapi hal itu, Darwis menyoroti bahwa di banyak wilayah Sumatera Utara, masih terdapat guru honorer yang menerima upah jauh di bawah standar, sekolah yang minim fasilitas, serta beban tugas administratif yang menguras energi guru.

Pada peringatan Hari Guru Nasional, ribuan cerita tentang perjuangan para pendidik kembali mengemuka.

Di balik ruang-ruang kelas yang sederhana, di desa-desa terpencil yang belum tersentuh pembangunan, hingga sekolah perkotaan yang kian padat, para guru terus berdiri sebagai garda terdepan pembentuk karakter bangsa.

Meski begitu, perayaan tahun ini kembali menyisakan catatan kritis: kesejahteraan sebagian besar guru honorer masih jauh dari layak.

Banyak di antara mereka digaji di bawah standar, bahkan ada yang menerima honor setara uang transport sehari.

Bergulat Di Tengah Ketidakpastian

Di tengah tuntutan profesionalisme yang kian tinggi, mereka masih bergulat dengan ketidakpastian status kepegawaian, minimnya fasilitas belajar, serta beban administrasi yang kerap mengalahkan esensi mengajar itu sendiri.

Namun, di balik berbagai problem itu, yang paling menyentuh adalah keteguhan hati para guru. Mereka tetap hadir setiap pagi, menyeberangi sungai, menembus hutan, dan menempuh perjalanan puluhan kilometer hanya untuk memastikan satu hal: bahwa tidak ada anak yang kehilangan kesempatan belajar.

Di sebuah sekolah kecil di pedalaman, seorang guru rela memfotokopi materi pelajaran dengan uang pribadinya karena sekolah tidak memiliki anggaran.

Di kota besar, seorang guru lainnya memilih pulang larut demi menemani murid yang kesulitan belajar. Semua itu dilakukan bukan karena kewajiban, tetapi karena panggilan jiwa.

Jika pendidikan adalah investasi masa depan bangsa, maka guru adalah modal utamanya. Tanpa guru yang sejahtera, dihargai, dan difasilitasi, cita-cita membangun generasi emas hanya akan menjadi slogan.

Hari ini, bangsa Indonesia kembali diingatkan bahwa penghormatan kepada guru tidak cukup dengan ucapan terima kasih, melainkan dengan kebijakan yang berpihak dan tindakan nyata. Karena di tangan merekalah masa depan anak-anak dititipkan, dan melalui dedikasi merekalah cahaya peradaban tetap menyala.

Menurutnya, perubahan kualitas pendidikan tidak bisa hanya dibebankan kepada guru.

Negara dan pemerintah daerah harus turut memastikan bahwa para pendidik mendapat kesejahteraan, mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dengan berkelanjutan, serta lingkungan sekolah yang layak.

Komisi E, kata Darwis, terus mendorong perbaikan regulasi dan alokasi anggaran agar guru benar-benar mendapat perhatian yang konkret, bukan sekadar ucapan seremonial saja.

Meski demikian, ia menyampaikan kekaguman terhadap keteguhan hati para guru.

“Banyak guru di daerah terpencil yang berjalan kaki berkilometer, membeli bahan ajar dengan uang pribadi, atau tetap mengajar meski fasilitas sangat terbatas. Mereka bekerja bukan demi penghargaan, tetapi demi masa depan anak-anak kita,” ungkapnya.

Ahmad Darwis mengajak masyarakat Sumatera Utara agar dapat menjadikan momentum Hari Guru Nasional sebagai refleksi bersama. Guru, katanya, tidak membutuhkan sanjungan yang berlebihan yang mereka butuhkan adalah kepastian, perlindungan, dan penghargaan yang nyata atas pengabdian mereka.

“Jika kita ingin pendidikan di Sumut maju, maka guru harus menjadi prioritas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya.

Sebagai penutup, Ahmad Darwis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh guru di Sumatera Utara. (m34)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE