MAKKAH(Waspada): Dalam menunaikan ibadah haji, thawaf merupakan rukun yang harus dikerjakan oleh pelaku haji. Sehingga jika orang berhaji tidak melaksanakan thawaf maka hajinya tidak sah, karena meninggalkan rukun haji.
Hal itu antaranya disampaikan Dr.HM Nurdin Amin dari Makkah yang tergabung dalam kelompok terbang 13 Debarkasi Medan,Senin(10/7).
Menurutnya, dalam pelaksanaan ritual thawaf, orang mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran. Dalam pelaksanaan putaran itu, ada yang berjalan santai sambil membaca doa-doanya, menikmati ritual ibadah thawaf dalam khusu’.
Namun diantara jemaah ada juga yang berjalan cepat tergesa-gesa ingin cepat-cepat selesai mencapai target 7 kali putaran. Dalam perjalanan putaran thawaf untuk mencapai 7 kali itulah terkadang ada yang tersenggol, tersikut, terpijak kakinya di lautan manusia itu. Sehingga terkadang ada orang yang tersakiti ketika seseorang mencapai target itu.
Inilah gambaran kehidupan manusia di dunia. Terkadang dalam menjalani kehidupan ini, karena mencapai target-target dalam hidupnya, sehingga lupa dengan jiran tetangga. Sering tidak sadar bahwa ada orang disekitar kita yang tersakiti, tersenggol sehingga membuat jalan hidup orang lain menjadi tidak nyaman. Manusia sering lupa, karena ingin segara dapat mencapai tujuan untuk naik pangkat, jabatan dan kedudukan seringkali memfitnah dan ‘menekong’ menggunting dalam lipatan.
“Setiap orang boleh saja mencapai target untuk kebaikan nya, tapi lakukanlah dengan benar sesuai aturan. Selamat di dunia dan selamat di akhirat. Hidup penuh berkah, itulah pinta dan doa kita. Fiddun-ya Hasanah wa fil akhirati Hasanah,”sebutnya.
Edukasi Ritual Dalam Sa’i
Lanjut Nurdin, Sa’i adalah bagian penting dari ibadah haji. Iya merupakan rukun yang wajib ditunaikan sebagai rangkaian akhir dari ibadah haji. Setelah wukuf, Mabit di Muzdalifah, Mabit di Mina, Thawaf dan ditutup dengan ibadah Sa’i.
Sa’i adalah rukun haji. Oleh karena itu Sai harus dikerjakan bagi yang berhaji dan berumroh, agar sempurna haji dan umrohnya. Bagi yang tidak mampu berjalan boleh didorong dengan kereta, yang penting Sa’inya tuntas.
Ibadah Sa’i mengingatkan kita kepada peran bunda Siti Hajar, seorang wanita besi yang kuat. Kuat hati, kuat kemauan, kuat dan keras dalam berusaha, tak mengeluh dan buang waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup anak dan keluarganya. Selalu melihat dan memanfaatkan peluang yang ada untuk kesejahteraan anak dan keluarganya.
Spirit ini terlihat dalam gerak cepat mengejar kemungkinan untuk mendapatkan sesuatu yang bisa dimakan diminum.
Ketika melihat bahwa di bukit Shafa ada sesuatu yang sangat diperlukan bagi kehidupannya dan anaknya Ismail, maka iapun berlari lari ke bukit Shafa. Tetapi setelah ia sampai di bukit Shafa, ia tidak melihat air dan lainnya sebagai pelepas dahaga dan lapar. Padahal persediaan makannya telah habis.
Dari bukit Shafa ia melihat jauh ke bukit Marwa, disana terlihat sesuatu yang di cari. Iya berlari ke bukit Marwa. Namun di bukit Marwa ia tidak menemukan sesuatu yang bisa dimakan dan diminum.
Kemudian dari dari bukit Marwa dia melihat ke Ka’bah dan bertakbir memuja memuji kebesaran Allah sambil juga melihat anaknya Ismail.
Lalu dia memandang ke bukit Shafa dan dari kejauhan seperti ada harapan pelepas haus dan lapar. Maka iapun berlari bergegas mengejar peluang dan harapan. Setelah tiba di Shafa ia tidak mendapat kan yang diinginkan. Siti Hajar menghadap ke Ka’bah mengangkat tangannya dan bertakbir memuja dan memuji kebesaran Allah.
Begitulah, setelah berulangkali sampai 7 kali mengejar harapan dan impian diiringi dengan takbir, tasbih, tahli dan doa, sepanjang waktu berlari mengejar harapan itu, terakhir ia menyaksikan di bagian tumit kaki anaknya telah mengalir air yang banyak.
Siti Hajar menghampiri anaknya dan membendung air yang mengalir agar tidak terbuang kemana. Itulah zamzam kiriman Allah untuk Ismail, untuk Siti Hajar dan manusia setelahnya. Buah kerja keras, terus berusaha berkesinambungan, sehingga bisa dinikmati manusia sepanjang zaman.
Zamzam minuman Ilahiyah, yang menurut hasil penelitian ilmiah mengandung 77 jenis mineral water. Benarlah sabda Rasulullah Saw, “Zamzam diminum menjadi obat sesuai niat orang yang meminumnya”.
Rasulullah Saw bersabda: Artinya: “Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam zam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit.” (HR Muslim).
Artinya: “Air zam zam sesuai dengan apa yang diniatkan peminumnya,” (HR Ibnu Majah)
(m22)
Waspada/ist
Jemaah bersiap akan masuk ke Masjidil Haram untuk melaksanakan thawaf mengharap Rido Allah SWT.