Medan

Penanganan Banjir Gagal Hingga Aksi Evakuasi Wali Kota Medan Disorot

Penanganan Banjir Gagal Hingga Aksi Evakuasi Wali Kota Medan Disorot
Tangkapan video viral aksi heroik Wali Kota Medan, Kapolrestabes (kiri) dan Dandim (bergantung sebelah kanan mobil, tidak tampak) mengevakuasi warga di perumahan mewah menuai sorotan tajam. Waspada.id/Ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Banjir Kota Medan meninggalkan luka. Banyak warga rugi karena kerusakan dan kehilangan harta benda hingga kehilangan nyawa. 13 orang meninggal dunia akibat banjir hebat melanda Kota Medan pada 27 November 2025 itu.

Sorotan tajam pun dilontarkan masyarakat hingga anggota dewan. Mereka kecewa dengan Pemerintah Kota (Pemko) Medan yang dinilai lamban mengantisipasi dan menangani banjir tersebut. Minimnya petugas lapangan hingga peralatan evakuasi seperti perahu karet dikeluhkan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Anggota DPRD Edwin Sugesti Nasution pada Minggu, 30 November 2025 menyebut masyarakat mengeluhkan lambannya tindakan evakuasi oleh Pemko Medan dan meminta perahu karet disediakan di kecamatan dan di kelurahan yang rawan banjir.

Hal senada juga disampaikan Ketua Komisi II DPRD Kota Medan, Kasman Lubis. Ia menilai Pemko Medan gagal dalam membangun sistem mitigasi dan kesiapsiagaan bencana yang semestinya melindungi warga.

“Tiga belas nyawa hilang, itu alarm keras bagi Pemko Medan. Ini bukti bahwa kesiapsiagaan kita lemah dan tidak terstruktur,” katanya Jumat (5/12/2025).

Kasman juga menyoroti banjir yang melumpuhkan 19 kecamatan dan meninggalkan lumpur tebal di beberapa wilayah. Bahkan, kawasan Medan Utara masih tergenang setinggi lutut orang dewasa hingga hari ini.

“BPBD dan OPD lainnya boleh saja bekerja keras pasca bencana, tetapi mitigasi gagal total. Peringatan dini tidak jalan, drainase rusak dibiarkan, dan tata ruang tak pernah benar-benar dibenahi,” ungkapnya.

Kasman juga menyoroti lemahnya komitmen Pemko Medan dalam mengalokasikan dana khusus mitigasi bencana.

“Anggarannya kecil, programnya minim, dan eksekusinya lemah. Jika anggaran pencegahan bencana hanya sekadar memenuhi lembaran APBD, jangan heran korban terus berjatuhan,” tuturnya.

Wali Kota Medan Rico Wass sebenarnya tidak tinggal diam. Bersama Kapolrestabes Kombes Jean Calvijn Simanjuntak dan Dandim 0201 Kolonel Inf Muhammad Radhi Rusin, pada Kamis, 27 November malam, Rico langsung terjun ke pemukiman warga yang terendam banjir.

Namun, mereka bertiga memilih mengevakuasi satu keluarga di lokasi perumahan mewah. Ini mendapat sorotan tajam dari mahasiswa.

Kabid Lingkungan Hidup Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Medan, Rahmad Hidayat Munthe, melontarkan kritik keras terhadap ketimpangan penanganan banjir di Kota Medan setelah viralnya video dari perumahan mewah Gavency One Gaperta yang menunjukkan tiga pejabat teras Kota Medan turun bersamaan untuk mengevakuasi satu keluarga.

Dalam video viral tersebut, Wali Kota Medan, Kapolrestabes dan Dandim mengevakuasi satu keluarga “kelas satu” yang masih bertahan di rumah mewahnya untuk dibawa keluar masuk ke dalam mobil jeep yang tinggi karena tinggi air di depan rumah mencapai sepaha orang dewasa.

Dalam video itu, setelah penghuni rumah dikawal masuk ke dalam mobil, Wali Kota Medan, Kapolrestabes dan Dandim seperti kernet, bergantungan disisi kiri dan kanan mobil memastikan penghuni rumah selamat.

Menurut Rahmad, kehadiran tiga pejabat di satu titik evakuasi bukan hanya menimbulkan tanda tanya besar, tetapi juga membuka wajah nyata ketidakadilan penanganan bencana di Medan.

“Banjirnya sama, airnya sama, tapi atensi pejabatnya berbeda kelas. Ketika ribuan warga yang terdampak harus menunggu perahu dan berharap selimut, tiga pejabat justru berkumpul di satu komplek elite. Ada apa sehingga perhatian bisa spesifik itu?” tegasnya.

Di berbagai titik Kota Medan terdampak, warga yang rumahnya terendam hingga pinggang mengaku heran melihat prioritas pejabat yang terekam dalam video tersebut.

“Mungkin air di komplek elite lebih dalam dari air di tempat kami,” ujar seorang warga dengan nada getir.

Warga lain menambahkan, “Yang datang ke tempat kami cuma relawan. Mungkin kami kurang viral.”

Menurut Rahmad, komentar-komentar itu mencerminkan luka batin masyarakat yang merasa diperlakukan sebagai warga “kelas dua” di tengah bencana banjir yang mengguyur Kota Medan.

“Ini bukan lagi sekedar banjir. Ini cermin prioritas yang timpang. Banjirnya merata, tapi perhatian pemimpinnya tidak ikut merata,’’ tandasnya.

Wali Kota Medan, Rico Waas yang dihubungi Waspada.id sejak Kamis (4/12/2025) sore hingga berita ini ditayangkan belum respon. Telpon tidak diangkat dan pesan whatsapp centang dua, namun tidak dibalas.(id96)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE