MEDAN (Waspada.Id): Pencopotan Musa Rajeckshah (Ijeck) dari jabatannnya sebagai Ketua DPD Golkar Sumut, menuai banyak komentar. Salah satunya dari kader senior Partai Golkar Sumut Dr. H. Hardi Mulyono (foto). Dia mengatakan pencopotan Ijeck tersebut semakin membuktikan dugaan tentang rendahnya kualitas dan karakter Bahlil Lahadalia, di dalam memimpin Partai Golkar.
Pernyataan itu disampaikan Hardi Mulyono, kepada wartawan, Sabtu (20/12). Mantan Sekretaris Dewan Pertimbangan Golkar Sumut ini mengomentari keputusan DPP Partai Golkar mencopot Ijeck, dan menunjuk Ahmad Doli Kurnia sebagai Plt. Ketua DPD Golkar Sumut.
Mantan Sekretaris Partai Golkar Sumut 2009 – 2012 ini mengaku sangat miris melihat perjalanan Partai Golkar, yang dipimpin Bahlil Lahadalia, saat ini. Dia bilang, pencopotan Ijeck, berarti membuang kader berprestasi. Hal ini diduga demi memenuhi permintaan pihak luar yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan Partai Golkar.
Hardi Mulyoni mengaku menerima informasi dari bebeberapa sumber di DPP Golkar. Bahwa pencopotan tersebut dikarena Ijeck, tidak mau melaksanakan Musda Golkar Sumut dengan calon tunggal Ketua Golkar Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) yang juga Bupati Labura Hendriyanto Sitorus.
Dikatakan mantan anggota DPRD Sumut ini, sebagaimana difahami masyarakat Sumut, munculnya nama Hendriyanto itu diduga kuat merupakan usulan dari Bobby Nasution, yang kini menjabat sebagai Gubernur Sumut. “Dengan demikian, sangat kuat dugaan, pencopotan Ijeck tersebut, atas permintaan dari Bobby Nasution,” ujarnya.
Karenanya, Hardi Mulyono menyimpulkan, pencopotan Ijeck tersebut semakin membenarkan dugaan banyak orang tentang rendahnya kualitas dan karakter kepemimpinan Bahlil Lahadalia di dalam memimpin Partai Golkar. “Bahlil mencopot kader Golkar berprestasi, semata untuk memenuhi permintaan orang luar. Sangat memalukan,” ujarnya.
Padahal, kata Hardi, Partai Golkar Sumut dibawah kepemimpinan Ijeck, berhasil menjadi pemenang pada Pileg 2024. Untuk DPR RI, Golkar Sumut meraih delapan kursi, atau meningkat seratus persen dibanding Pileg 2019 yang hanya memperoleh empat kursi. Jumlah ini menjadikan Golkar Sumut sebagai partai yang memperoleh suara terbanyak di DPR RI.
Sedangkan untuk DPRD Sumut, Golkar Sumut meraih 22 kursi, dan berhak menduduki kursi Ketua DPRD Sumut. Jumlah ini jauh meningkat dibanding Pileg 2019 yang hanya memperoleh 15 kursi. Sedangkan untuk DPRD di 33 kab/kota se-Sumut, Partai Golkar meraih 208 kursi, dan jauh dibandingkan perolehan pada Pileg sebelumnya sebanyak 184 kursi.
Mantan anggota DPRD Medan ini mengklaim bahwa prestasi yang diperoleh Golkar Sumut itu, berkat kualitas kepemimpinan Ijeck. Dia terbukti sangat mumpuni di dalam memimpin Golkar Sumut. “Jujur, harus diakui, bahwa Ijeck, adalah kader Golkar terbaik di Sumut sepanjang saya di Golkar,” tegasnya.
Mantan Rektor Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah Medan tahun 2018-2023 tersebut juga memberikan penegasan. Bahwa keputusan Bahlil Lahadalia mencopot Ijeck, dengan jelas telah mengancam soliditas Golkar Sumut yang selama ini telah terbangun secara baik.
Apalagi, kata Hardi, alasan pencopotan tersebut sungguh sangat tidak bisa diterima akal sehat para kader Golkar di Sumut. “Bahlil telah merusak soliditas Golkar Sumut, sekaligus membunuh akal sehat para kader Golkar di Sumut,” tegasnya. (Id05)











