# Pemko Harus Fokus Pada Pengorekan Sedimen
MEDAN (Waspada.id): Pengamat lingkungan Jaya Arjuna, menilai langkah Pemerintah Kota (Pemko) Medan yang berencana membangun kolam resapan (retensi) untuk mengatasi banjir adalah kebijakan yang tidak realistis.
Ia menegaskan, kebijakan tersebut terbukti gagal di masa kepemimpinan Wali Kota sebelumnya, Bobby Nasution.
“Kolam retensi itu tidak bisa menangani banjir di Medan. Sudah ada contohnya di masa Bobby Nasution, seperti di kawasan USU. Satu titik saja menelan biaya Rp20 miliar, tapi tidak terbukti mampu mengurangi banjir,” ujar Jaya Arjuna kepada wartawan di Medan, Minggu (12/10).
Menurutnya, saat ini Kota Medan memiliki lebih dari 1.300 titik banjir yang tersebar di berbagai kecamatan. Ia menilai kebijakan Wali Kota saat ini, Rico Waas, yang ingin kembali membangun kolam resapan serupa justru tidak masuk akal.
“Sekarang di Medan ada 1.300 lebih titik banjir. Satu titik saja tidak bisa diatasi dengan kolam resensi, bagaimana mungkin mau diselesaikan dengan cara yang sama? Itu tidak logis,” tegasnya.
Jaya menjelaskan, penyebab utama banjir di Medan bukan semata karena tidak adanya kolam resapan, tetapi karena sedimen yang menumpuk di seluruh saluran primer, sekunder, dan tersier. Menurutnya, banyak saluran warisan Belanda yang seharusnya berfungsi dengan baik kini tidak terpelihara oleh Pemko Medan.
“Belanda dulu sudah membuat saluran sekunder, tapi sekarang tidak dipelihara. Saluran primer juga dikelola dengan salah, ditanggul-tangguli, akibatnya terjadi penumpatan di Kuala Deli. Dari laut pun tidak bisa meredam air, makanya banjir rob juga sering terjadi,” jelasnya.
Ia menilai solusi paling tepat dan efisien adalah melakukan pengorekan menyeluruh terhadap saluran air yang tertimbun sedimen.
“Pengorekan sedimen itu mudah dan murah, peralatannya sudah ada. Saya jamin kalau itu dilakukan secara serius, Medan bisa bebas banjir,” tegasnya.
Jaya pun mengingatkan agar Wali Kota Rico Waas tidak sekadar melanjutkan proyek peninggalan Bobby Nasution yang sudah terbukti gagal.
“Pikirkan solusi baru, jangan terus warisi kebijakan lama yang sudah gagal. Kolam retensi USU sudah jelas tidak efektif, jangan diulang,” pungkasnya. (Id20)