Scroll Untuk Membaca

Medan

Penyebab Stunting di Sumut Tidak Bisa Diseragamkan

Penyebab Stunting di Sumut Tidak Bisa Diseragamkan
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Penyebab kasus stunting di Sumatera Utara (Sumut) tidak bisa diseragamkan. Hal ini dikatakan Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia (IAKMI) Pengurus Cabang Daerah (Pengda) Sumut, Destanul Aulia (foto) kepada Waspada pada Rabu (7/12).

“Kalau di Sumut ini kita lihat penyebab kasus stunting memang hubungan antara pendapatan masyarakat itu cukup tinggi dengan kejadian stunting, jadi bisa kita maping bahwa daerah- daerah yang secara ekonomi rendah atau daerah marginal yang banyak penduduk miskin disitu pulalah yang banyak stunting,” ucapnya.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Penyebab Stunting di Sumut Tidak Bisa Diseragamkan

IKLAN

Sehingga ia menilai inilah yang harus diantisipasi yang membutuhkan jangka pendek dan jangka menengah dan bahkan jangka panjang.

Namun secara teori juga untuk mengantisipasi kasus ini tegasnya tidak bisa diberikan atau ‘cekokin” dengan uang dikhawatirkan ini justru tidak diberikan kepada warga yang mengalami stunting tapi dialihkan untuk membeli hal lainnya seperti rokok atau lainnya sehingga sangat perlu hati- hati dalam mendesain intervensi.

“Setiap permasalahan di setiap daerah di Sumut tidak bisa kita seragamkan. Oleh karena itu kita perlu melakukan kerjasama lintas sektor untuk mengidentifikasi akar masalahnya apa. Kalau untuk perkotaan adalah pola asuh. Karena ibu bekerja sehingga anak dititipkan akibatnya anak tidak mendapatkan asuhan yang baik dan akibatnya anak akan menjadi stunting,” tutur Destanul yang juga dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU) ini.

Penyebab stunting dikota juga dapat terjadi karena para remajanya banyak melakukan diet yang tidak baik atau dengan cara yang salah.

Sementara itu, soal pemberian makanan tambahan (PMT) sebagai salah satu program percepatan penurunan stunting yang saat ini digalakkan dihampir semua daerah, komentarnya yakni pencegahan dan antisipasi tidak ada yang lain selain memberikan PMT namun sampai kapan itu bisa berlangsung.

“Pencegahan dan penanggulangan Stunting sebenarnya kita bisa lakukan dengan menciptakan kemandirian jadi jika kita berikan PMT itukan proses saat kronis,” tegasnya.

Destanul dalam kesempatan itu juga membeberkan bahwa sesuai data SSGI bahwa ada 3 kabupaten di Sumut dengan prevalensi kasus stunting tertinggi yaitu Mandailing Natal 47,7 persen, Padang Lawas 42 persen, Pakpak Barat 40,8 persen.

Sedangkan 3 kabupaten dengan pravelensi terendah yakni Deliserdang 12,5 persen, Pematang Siantar 15 persen, Tebingtinggi 17,5 persen.

Smenetara itu, karena penyebab kasus stunting di Sumut tidak seragam, penanggulangannya untuk mengejar target 14 persen pada tahun 2024 juga harus berbeda-beda sesuai akar maslahnya di daerah tersebut. (cbud)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE