MEDAN (Waspada): Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara, Dr.H.Maratua Simajuntak,MA, menyampaikan pidato Tahun Baru Islam 1447 H.
Bismillahirahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memperkenankan kita semua berada pada hari yang penuh makna ini, yaitu 30 Zulhijjah 1446 Hijriah. Dengan terbenamnya matahari pada hari ini, kita menutup lembaran tahun 1446 H dan memasuki tahun baru Islam 1447 Hijriah.
Setiap pergantian tahun mengingatkan kita bahwa setiap masa memiliki orangnya, dan setiap orang memiliki masanya. Setahun telah kita lalui, penuh dengan catatan amal. Ada yang diridhai Allah, dan ada yang tidak. Yang baik kita syukuri, dan yang buruk kita mohonkan ampun. Pada hari ini, marilah kita bertobat kepada Allah SWT dan memperbanyak ibadah sebagai bekal kehidupan yang kekal di akhirat.
Sayyidina Umar bin Khattab RA pernah berpesan:
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah.”
Dunia ini hanyalah waktu sebentar untuk mempersiapkan diri menghadapi hari perhitungan. Kita semua berharap akan masuk surga, namun yang menjadi penentu adalah amal perbuatan kita — apakah tercatat sebagai amal saleh yang menuntun ke surga, atau sebagai amal buruk yang bisa menyeret ke neraka. Maka mari kita hitung dan perbaiki diri kita, sebelum tibanya hari hisab yang sesungguhnya.
Sudara-saudaraku, Tahun baru Islam adalah momentum hijrah — bukan sekadar berpindah tempat, melainkan berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari kelemahan menuju kekuatan, dari perpecahan menuju persatuan dan kesatuan. Kita teladani semangat para muhajirin dan anshar yang bahu-membahu menjaga ukhuwah dan membangun masyarakat Islam. Mereka tidak sekadar bersatu, tapi bersatu dalam keimanan dan perjuangan.
Namun, realita umat hari ini sering kali bertolak belakang. Banyak yang menyerukan persatuan, namun justru memecah belah. Bahkan, ada yang menggunakan agama untuk kepentingan kelompok, menyebarkan kebingungan di tengah umat. Kita miris melihat kenyataan bahwa yang berilmu sering diam, sementara yang tidak paham justru lantang berbicara, sehingga umat menjadi bingung dan terpecah.
MUI Sumatera Utara menegaskan kembali bahwa persatuan harus terus dibina dan dijaga. Dalam konteks ini, kami perlu mengingatkan bahwa LDII masih berada dalam pengawasan dan belum dibenarkan menjadi pengurus MUI, meskipun secara administratif mereka terdaftar sebagai organisasi yang legal. Ini menjadi masalah karena ajaran dan praktik mereka belum sepenuhnya mengikuti prinsip Ahlussunnah wal Jamaah, sehingga perlu kehati-hatian dalam menyikapinya.
Kita juga dihadapkan pada dinamika pemikiran yang berkembang di tengah umat, seperti munculnya gagasan tentang khilafah global sebagai pemersatu dunia Islam. Namun faktanya, saat ini kita tidak memiliki satu komando dunia. Perang di Iran dan berbagai konflik dunia Islam lainnya menunjukkan betapa rapuhnya persatuan kita. Maka yang paling utama saat ini adalah membangun persatuan dan kesatuan umat Islam secara nyata di tengah masyarakat, bukan sekadar idealisme yang tanpa pijakan.
Sesungguhnya Allah SWT akan meridhai persatuan dan kesatuan umat-Nya. Dan tugas kita sebagai ulama, tokoh masyarakat, dan umat Islam adalah menjaga warisan Rasulullah SAW dalam membangun umat yang satu hati, satu akidah, dan satu tujuan — menuju keridhaan Allah SWT.
Akhirnya, marilah kita jadikan 1 Muharram 1447 Hijriah ini sebagai titik balik kebangkitan spiritual dan sosial umat Islam..Mari kita jaga niat, bersihkan hati, dan perbaiki amal.
Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah.
Semoga kita semua mendapat keberkahan, kekuatan, dan kemuliaan dari Allah SWT.(m22)