MEDAN (Waspada.id): Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Kota Medan menyatakan komitmennya mendukung penuh program prioritas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam mewujudkan ketahanan air nasional. Dukungan tersebut disampaikan Ketua PII Kota Medan, Ir. Malik Assalih Harahap, ST, MM, IPM, ASEAN Eng, di Medan.
Malik menegaskan bahwa dukungan ini merupakan bentuk tanggung jawab profesional PII sebagai organisasi profesi insinyur yang diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2019.
“PII adalah organisasi profesi yang bersifat mandatory dari undang-undang. Karena itu, apa yang menjadi program prioritas Presiden Prabowo dalam bidang ketahanan air harus kita dukung, terutama oleh para insinyur teknik sipil dan teknik pengairan,” ujar Malik, alumni Teknik Sipil USU tahun 1995 dan Program Studi PPI USU 2021pada Minggu (26/10).
Malik mengapresiasi perhatian Presiden Prabowo terhadap pentingnya keilmuan pengairan dan hidrologi dalam menghadapi tantangan krisis air di masa depan. Dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Senin (20/10), Presiden disebut meminta Menteri Pendidikan dan Sains untuk meninjau kembali kurikulum universitas di Indonesia agar memberi perhatian lebih pada ilmu dan teknologi air.
Menurut Malik, ketahanan air berarti kemampuan suatu negara menjamin ketersediaan air yang cukup dan berkualitas bagi kehidupan dan pembangunan berkelanjutan, sekaligus mampu mengelola risiko bencana seperti kekeringan dan banjir.
“Dalam UU Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, ada lima aspek penting dalam pengelolaan ketahanan air, yaitu konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, sistem informasi sumber daya air, serta peran serta masyarakat,” jelasnya.
PII Kota Medan yang kini memiliki hampir 1.800 anggota siap berperan aktif memberikan masukan, saran, dan pertimbangan teknis kepada pemerintah daerah maupun pusat terkait pengelolaan sumber daya air. Malik mengingatkan, meski Indonesia tergolong negara dengan surplus air, tanpa pengelolaan yang baik kondisi itu bisa berbalik menjadi krisis.
“Jika tidak dikelola dengan benar, kita akan menghadapi risiko kekeringan, penurunan kualitas air, dan banjir. Bahkan secara global, pada 2030 permintaan air bersih diperkirakan melebihi pasokan hingga 40 persen,” tegasnya.
Lebih lanjut, Malik menjelaskan bahwa bidang keinsinyuran mencakup beragam disiplin seperti rekayasa sipil dan lingkungan, energi, pertanian, industri, hingga teknologi kelautan dan perkapalan. Insinyur, katanya, memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional, mulai dari swasembada pangan, perumahan, irigasi, hilirisasi industri, hingga infrastruktur.
“PII Kota Medan memiliki dewan pakar yang diisi para profesor dan ahli di bidangnya. Kami siap bermitra dengan pemerintah demi kemajuan bangsa. Insinyur harus hadir untuk memberikan solusi dan manfaat nyata bagi masyarakat dengan tetap menjunjung profesionalisme serta kode etik,” pungkas .(id20)













