Scroll Untuk Membaca

Medan

Pilkada Itu Ibarat Menu Masakan Padang, Banyak Pilihan 

ANGGOTA DPRD Sumut Rudy Hermanto. Waspada/Ist
ANGGOTA DPRD Sumut Rudy Hermanto. Waspada/Ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Anggota DPRD Sumut Rudy Hermanto (foto) mengibaratkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) itu sebagai hidangan dengan aneka menu masakan yang lezat, dan konsumen bebas memilihnya.

“Saya  mengibaratkan Pilkada itu ramai oleh aneka pilihan, bukan satu menu saja yang membuat konsumen tidak bebas memilih,” kata Rudy kepada Waspada di Medan, Selasa (16/7).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Pilkada Itu Ibarat Menu Masakan Padang, Banyak Pilihan 

IKLAN

Anggota dewan dari Fraksi PDI-P itu merespon dinamika yang berkembang akhir-akhir ini, dengan munculnya sejumlah partai politik untuk mengerucutkan satu pilihan kepada bakal calon kepala daerah, sehingga mengharuskan masyarakat mengikuti Pilkada dengan hanya satu lawan, dan satunya lagi kotak kosong.

Berdasarkan laporan, di Indonesia sudah berulangkali menggelar Pilkada kotak kosong, yakni Pilkada Serentak 2015 di lima daerah, tahun 2017 di 9 daerah, dan 2018 terdapat 16 daerah, serta tertinggi tercatat 25 daerah pada pesta demokrasi itu tahun 2020.

Tingginya angka Pilkada kotak kosong itu dimungkinkan terjadi karena berbagai faktor di antaranya, pertama hanya diikuti oleh satu Paslon, kedua; terdapat beberapa calon yang mendaftar namun hanya ada satu calon yang memenuhi syarat.

Ketiga, sejak penetapan pasangan calon sampai dimulai masa kampanye terdapat pasangan calon yang berhalangan tetap, parpol tidak mengusulkan atau mengusulkan namun calon tidak memenuhi syarat sehingga hanya menyisakan satu pasangan calon. 

Keempat, sejak dimulai masa Kampanye sampai hari pemungutan suara terdapat pasangan calon yang berhalangan tetap, parpol tidak mengusulkan calon/calon pengganti tidak memenuhi syarat, dll.

Menyikapi hal itu,  Rudy Hermanto yang digadang menjadi bakal calon Wakil Walikota Medan periode 2024-2029 ini dapat memahami dinamika tersebut, namun di sisi lain telah berakibat mundurnya pendidikan politik di Tanah Air.

“Bagi saya, semua hal harus dibenahi dengan baik, termasuk pemahaman hakiki akan arti sebuah pendidikan politik bagi masyarakat. Bahwa masyarakat harus punya banyak pilihan, siapa pemimpin mereka berdasarkan rekam-jejak dan keunggulan lain, jadi tidak hanya satu,” katanya.

Ibaratnya sebuah restoran, di sana banyak sekali hidangan. “Kalau menurut saya, di Kota Padang lebih banyak menunya, sehingga orang yang datang dapat memilih menu favoritnya, tidak satu menu saja yang membuat orang tak sudi mampir,” katanya.

Timbul Selera

Dengan aneka pilihan itu,  akan timbul selera makan, dan kemungkinan mereka akan datang lagi jika hidangannya lezat.

“Begitu juga di Pilkada 2024 nanti, kita berharap para petinggi politik membuka ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memilih siapa calon pemimpin mereka. Berilah ruang demokrasi yang baik, agar masyarakat tidak terjebak dengan satu pilihan,” imbuhnya.

Rudy berharap Pilkada 2024 memberi pelajaran berharga karena saat ini Indonesia memasuki masa transisi pemerintahan, dengan memberi warna baru perihal sosok pemimpin mereka, baik di provinsi, maupun kabupaten/kota.

“Itu berarti kita menggugah elit politik tidak berpikir pragmatis, tidak satu golongan saja, tetapi demi masyarakat Indonesia keseluruhan,” pungkasnya. (cpb)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE