MEDAN (Waspada.id): Praktisi sosial Dewi Teruna J Said menyerukan kepada aktivis, relawan, mahasiswa, organisasi, dan legislatif untuk mendesak Pemerintah Pusat menetapkan banjir yang melanda Sumatera sebagai bencana nasional.
“Ini bukan lagi bencana lokal. Dan dianggap krisis kemanusiaan regional dengan dampak nasional,” ujar Dewi, yang juga pendiri beberapa komunitas termasuk Pemuda Peduli Lingkungan, Persatuan Perempuan Sumatera Utara, dan Relawan Prabowo Sumatera Utara (Prabu Sutra).
Menurutnya, ribuan saudara di berbagai wilayah Sumatera telah kehilangan rumah, mata pencaharian, harapan, dan bahkan nyawa akibat banjir meluas dan berulang. Kondisi pengungsian dianggap tidak layak, dengan akses jalan, jembatan, komunikasi, air bersih, listrik, dan layanan kesehatan terputus – yang membuat situasi semakin parah.
“Anak-anak kehilangan sekolah, petani gagal panen, peternak kehilangan ribuan ternak, pelaku UMKM kehilangan barang dagangan, nelayan kehilangan alat produksi, belum lagi trauma psikologis yang mendalam,” ungkapnya dalam siaran persnya Jumat (5/12).
Dewi menekankan bahwa kapasitas daerah tidak lagi cukup menanggung beban bencana tersebut. Oleh karena itu, dia menuntut negara hadir sepenuhnya dengan empat permintaan utama: menetapkan banjir Sumatera sebagai bencana nasional, membuka akses penuh logistik dan anggaran nasional, memastikan perlindungan maksimal bagi kelompok rentan, serta melakukan pemulihan lingkungan secara serius dan berkelanjutan.
“Ini bukan soal statistik. Ini soal nyawa, dan masa depan rakyat,” tegasnya.
Dalam catatan tambahan, Dewi menjelaskan bahwa banjir dan longsor di Sumatera tidak hanya menjadi krisis kemanusiaan, tetapi juga mengancam ketahanan pangan, ekonomi, dan lingkungan secara nasional. Dia mendorong penanganan bencana tanpa campur tangan kepentingan politik.
“Kami menyerukan kepada seluruh aktifis, relawan, dan komunitas kemanusiaan untuk membangun opini publik, memviralkan kebenaran, suarakan tanpa takut. Sebarkan seruan ini di semua ruang perjuangan. Karena diam berarti membiarkan penderitaan saudara kita berulang,” tutupnya.(rel)












