MEDAN (Waspada): Pemerintah dan pengurus cabang olahrga diharapkan untuk benar-benar fokus menangani olahrga. Caranya dengan melakukan banyak pertandingan dan perlombaan. Karena, hanya dengan memperbanyak event-lah, prestasi olahraga di Sumut akan meningkat, sebab potensi atletnya sangat besar.
Pendapat itu disampaikan dua mantan atlet atau atlet senior Sumut. Mereka adalah legenda petinju Indonesia Syamsul Anwar Harahap, dan pelatik cabang olahraga tolak peluru Suraj Singh.
Keduanya, memberikan paparannya kepada wartawan, di Media Center Utama PON XXI Wilah Sumut, di Hotel Santika, Senin (16/9).
Temu pers hari itu dipandu oleh Ketua Bidang Media dan Humas Panitia Pengawas dan Pengarah (Panwasrah) PON Raja Parlindungan Pane, dan Kadis Kominfo Sumut Ilyas Sitorus.
Syamsul Anwar Harahap, merupakan atlet tinju terbaik Indonesia. Prestasi ditorehnya tidak saja pada ajang nasional, seperti PON dan lainnya, tapi juga di tingkat internasional. Seperti peraih medali emas pada Pesta Sukan Singapura 1971, medali emas Pakistan Open, Karchi 1976, Juara Asia tahun 1977, Juara I Sea Games 1977 di Kualalumpur, dan lainnya.
Sedangkan Suraj Singh, adalah mantan atlet tolak peluru peraih medali emas pada PON XV di Jatim tahun 2000. Rekor yang diraihnya 16,06 meter, baru dapat dipecahkan pada PON XXI ini, oleh atlet asuhannya sendiri, yakni M.Syahrial Bakti, dengan lemparan sejauh 16,68 meter.
Baik Syamsul Anwar maupun Suraj Singh sepakat mengatakan, untuk melahirkan atlet berbakat, maka diperlukan banyak pertandingan. Minimal tiga kali dalam setahun. Dengan begitu, para atlet bergairah dan sungguh-sungguh berlatih.
Dikatakan Syamsul Anwar, seorang petinju, membutuhkan bertanding tinga bulan sekali. Karenanya, pengurus cabang olahraga, bekerjasama dengan pemerintah, harus membuat jadwal pertandingan. “Lihat sekarang, tidak ada jadwal pertandingan. Akbatnya atlet menjadi malas latihan, karena hasil latihannya tidak terukur,” katanya.
Secara gamblang, Syamsul Anwar juga mengungkapkan persoalan yang ada di olahraga tinju. Katanya, sudahlah jarang sekali ada pertandingan, juga terjadi konflik di Pengurus Cabang (Pengcab) dan Pengurus Provinsi (Pengprov).
Kata Syamsul, Provinsi Sumut memiliki 33 kabupaten dan kota. Namun Pengcab Tinju yang aktif tidak sampai 10. Sudah itu, terjadi pula konflik di dalam kepengurusan itu, yang tidak sesuai lagi dengan motto tinju Satria Di Dalam dan Di Luar Ring. “Padahal kalau diurus baik, setiap minggu kita bisa gelar pertandingan. Kalau itu terjadi, atlet pasti semangat, dan prestasi kita pasti meningkat,” ujarnya.
Minat Kurang
Hal yang sama juga dikatakan Suraj Singh, yang kini telah beralih menjadi pelatih cabang tolak peluru. Katanya, karena pertandingan sangat kurang, membuat minat atlet untuk berlatih sangat kurang.
Untuk cabang tolak peluru, kata Suraj, atlet yang berlatih tidak fokus. Karena jarang sekali ada kompetisi, menimbulkan pesimis, kalau olahraga ini tidak bisa menjamin masa depan mereka. “Akibatnya, mereka tidak fokus, dan tidak mau berkorban. Baru latihan sebentar, mereka teringat mau sekolah, mau kuliah dan lainnya,” katanya.
Ke depan, Suraj berharap, pembinaan seluruh cabang olahraga harus semakin ditingkatkan dengan memperbanyak agenda pertandingan. Dia setuju dengan Syamsul Anwar, minimal tiga kali dalam setahun.
Tentang potensi atlet berprestasi di Sumut, menurut Suraj sangat tinggi. Buktinya saja di cabang tolak peluru. Dia bilang, rekor yang dia ciptakan pada PON XV tahun 2000, baru dapat dipecahkan di PON XXI, dan itu oleh atlet Sumut juga.
“Saya benar-benar bangga, karena rekor saya dipecahkan oleh atlet binaan saya sendiri. Dan sekarang ini lapangan sudah sangat bagus. Harusnya ini dijadikan motivasi kita semua untuk meningkatkan prestasi olahrga di Sumut,” ujarnya. (m07)