MEDAN (Waspada): Saat umat manusia menghadapi hantaman budaya global berupa individualisme, berpikir hanya untuk kepentingan diri sendiri, dan phubbing (orang yang hobi main gadget), bergaul hanya dengan gadgetnya sendiri, maka organisasi masyarakat (Ormas) Islam diharapakan dapat tampil sebagai cahaya terang menuntun umat manusia, agar menetapi keharusan bersama dan kerja sama membangun bangsa dan peradaban.
Demikian disampaikan Ketua Majelis Mustasyar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Sumatera Utara Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA di hadapan para Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) se Sumatera Utara dalam acara “Silaturrahim dan Rapat Koordinasi” organisasi itu pada tanggal 27 Mei 2023 di Medan.
Turut hadir dan memberi sambutan dalam acara itu Ketua Pengurus Daerah PERTI Sumatera Utara, Dr. H. Burhanuddin Harahap, M. Pd, Ketua Majelis Pakar, Dr. Muhammad Yusuf Harahap, M. Si, dan mewakili Dewan Pembina, Dr. H. Amhar Nasution, MA.
Lebih jauh Guru Besaar UIN Sumatera Utara itu mengatakan bahwa jika ditelusuri kesejarahan umat Islam akan ditemukan bahwa peran yang sangat penting yang telah dimainkan organisasi masyarakat Islam dalam kehidupan berbangsa. Banyak kutipan yang dapat dikedepankan mengenai hal itu.
Mesir dan Turki, misalnya, sama-sama memelopori dunia Islam memasuki dunia modern, akan tetapi Turki jatuh pada sikap sekuler sementara Mesir tetap kukuh sebagai masyarakat yang religius.
Pararel dengan itu ketika Indonesia memasuki dunia modern dan kedatangan kolonial, negeri ini tidak menjadi sekuler melainkan tetap menjadi masyarakat religius.
Bahkan ketika komunisme ingin membawa negeri ini ke arah kiri, atheis, umat Islam tampil menghadang dan mencegahnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu jawabannya yang terpenting adalah karena organisasi masyarakat Islam hadir di negeri-negeri ini. Turki pada saat itu jatuh menjadi sekuler, karena tidak ada ormas Islam. Memang ada tarekat Bektasyi. Akan tetapi organisasi tarekat seringkali ikut arus politik, sebagaimana dialami Turki pada masa itu.
Tak dapat kita pungkiri, demikian Prof. Syahrin, bahwa organisasi Islam sering menampakkan kekiprahannya dalam tiga bentuk.
Pertama, ormas Islam berdiri pada kemandirian dan indevendensinya, terus membina umat, serta memberi kontribusi pada bangsanya.
Kedua, karena ikut arus sejarah, ormas Islam memasuki dunia politik praktis. Ketiga, bahkan—karena latar belakang berdiri dan ledakan prtisipasi—maka ormas Islam ada yang menjadi underbow organisasi politik tertentu.
Selanjutnya Direktur Istiqamah Mulya Foundation itu mengingatkan bahwa dalam perjalanan sejarah bangsa, peran terkuat dan kontribusi terbesar yang dapat dimainkan ormas Islam adalah ketika organisasi tersebut berada pada kemandirian dan indevendensinya.
Hal tersebut dapat dilihat ketika Hadaratussyaikh K. H. Hasyim Asy’ari memimpin Nahdlatul Ulam, K.H. Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah, Syekh Sulaiman al-Rasuli memimpin Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Syekh H. Arsyad Thalib Lubis memimpin Al Jam’iyatul Washliyah, dan lain-lain.
Berangkat dari pengalaman itu maka semangat para pemimpin ormas Islam untuk kembali ke khittah selalu mendapat sambutan dari masyarakat Muslim Indonesia, karena dengan itu diharapkan ormas Islam akan lebih kokoh berakar ke bawah. Sedangkan prilaku ormas yang berakar ke atas akan membuatnya menjadi lemah dan kurang dita’zimi umat.
Di bagian akhir sambutan dan pengarahannya Prof. Syahrin mengingatkan para pemimpin dan pengurus Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Sumatera Utara agar terus berbuat yang terbaik untuk bangsa, terutama dalam bidang stressingnya yaitu pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan sumber daya insani, pengembangan dakwah, baik dakwah billisân dan dakwah bil kitâbah, maupun dakwah bil hâl, bakwah melalui tindakan.
Demikian juga upaya-upaya pemberdayaan (empoerment) dan peningkatan ekonomi umat, serta yang lain-lain.
Kehadiran ormas Islam pada bidang-bidang tersebut melalui spirit, petunjuk teknis, dan partisipasi langsung dalam membina umat akan menjadi cahaya terang, menjadi ikutan serta teladan umat dalam memajukan bangsanya.(rel)