Scroll Untuk Membaca

Medan

Protes Kerusakan Tebu, Warga Demo PT SGN Kwala Madu

Protes Kerusakan Tebu, Warga Demo PT SGN Kwala Madu
Aksi damai di depan kantor Kantor Manajemen Kerja Sama Operasional (MKSO) PT. SGN Kwala Madu, Kabupaten Langkat, Senin (19/5). Waspada/ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Belasan warga Desa Suka Makmur Kecamatan Binjai, menggelar aksi damai di depan Kantor Manajemen Kerja Sama Operasional (MKSO) PT. SGN Kwala Madu, Kabupaten Langkat, Senin (19/5). Mereka memprotes pihak perusahaan yang menuding masyarakat merusak tanaman tebu.

Siaran pers yang diterima Waspada di Medan, Rabu (21/5) menyebutkan, para peserta aksi membantah kerusakan dengan menyalahkan masyarakat yang memotong dan menebang rumput dengan menggunakan arit di areal tersebut.

Orator aksi, Dikky Wahyudi, mengatakan, pihaknya menyesalkan tudiingan itu, sehingga mata pencarian masyarakat menjadi terganggu.

Disebutkannya, Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan UUD dan Pancasila. “Hadirnya PT. SGN adalah bentuk untuk memenuhi kebutuhan pangan agar tercapai swasembada pangan nasional,” ujarnya.

Dia melanjutkan bahwa warga tidak pernah mengganggu tanaman tebu PT SGN, dan mendesak perusahaan untuk mengurus sendiri tanaman tersebut.

“Kalian urus saja tebu kalian yang kurus (stunting), hanya subur di pinggirnya aja, tebu dan rumput sama tingginya,” tegasnya.

Dia menambahkan dari keterangan peserta aksi kaum ibu yang hadir di acara unjukrasa itu, mereka mengaku dana perawatan tebu tidak ada, sehingga tidak terawat. Mereka juga menyebut, tebu yang kurang perawatan tidak layak dikonsumsi.

“Karenanya, kami hanya meminta berikan kami akses untuk mengarit dan copot manejernya, cuma itu saja. Bertahun tahun masyarakat mengarit, namun baru inilah masyarakat ditakut-takuti, karena manejernya diduga arogan terhadap masyarakat,” ujarnya.

Hamdani, salah seorang warga Suka Makmur, sebagian besar hidupnya bergantung pada ngarit tebu. “Saya pak, biaya hidup anak saya itu dari ngarit,” jelasnya.

Dia juga mengaku sebiji tebupun tidak pernah dia curi, tapi diintimidasi seolah-olah kami seperti pencuri. “Saya sudah katakan pak, periksa!! waktu diperiksa tidak ada,” tutupnya.

Senada, Ferdiansyah juga warga Suka Makmur mengatakan, oknum yang ada di dalam sana adalah orang yang berpendidikan. “Seharusnya orang yang berpendidikan tidak menganggap rakyat biasa remeh, kita manusia, mereka juga,” sebutnya.

Merespon hal itu, Iqbal Ketua Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Peduli Memajukan Sumut (APMPEMUS) dan Zuhdi Penggabean Ketua Gerakan Anak Medan Bersatu Sumatera Utara (GAMBESU), selaku pendamping aksi damai, membantah pernyataan Josuep, Humas pihak Kebun MKSO PT SGN Kwala Madu.

“Josuep mengatakan, kalau itu benar-benar diarit, maka peranakan akan mati, jadi kalau dikatakan stunting itu juga berpengaruh, karena ada lahan yang tidak boleh diarit ada lahan yang boleh diarit,” katanya.

Iqbal juga menyanggah pernyataan pihak PT. SGN Kebun Kwala Madu, yang terkesan menuduh masyarakat mengarit di lahan tebu, apalagi dikatakan bahwa tebu stunting pengaruh masyarakat yang ngarit. “Itu tidak boleh bang, ” ucapnya.

Iqbal melanjutkan, jangan gara-gara tebu stunting, yang disalahkan masyarakat, namun diduga karena perawatan dan pupuknya tidak terealisasikan, bukan karena masyarakat.

Setelah cukup lama berorasi, pihak kepolisian menenangkan aksi damai setelah PT. SGN Kebun MKSO Kwala Madu akan mempertemukan dua belah pihak paling lama 3 hari.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE