MEDAN (Waspada): Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara (MUISU), menggelar muzakarah dalam rangka menyemarakkan Bulan Suci Ramadhan.
Minggu (10/4) kegitan muzakarah membahas topik yang berkaitan dengan kegiatan selama bulan Ramadhan yang dinilai mubazir dan membahayakan. Di antaranya, membakar petasan dan asmara subuh.
Ketua Umum MUISU, Dr H Maratua Simajuntak menyampaikan hal ini di sela menjadi narasumber dalam kegiatan muzakarah.
Menurutnya, sejak lama MUI telah memfatwakan bahwa, membakar petasan hukumnya adalah haram. Juga berfatwa bahwa asmara subuh atau tradisi berkumpulnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram hukumnya haram.
Disebutkannya, membakar petasan selain perbuatan mubazir yang dilarang syariat karena menghambur-hamburkan uang, juga mengganggu ketenangan dan kondusifitas masyarakat serta istirahat masyarakat.
“Asmara subuh juga dilarang, sebab akan banyak modoratnya daripada manfaat, agar generasi muda kita tidak ikut-ikutan dengan segala bentuk tradisi yang dapat merusak nilai-nilai ibadah puasa dan kemuliaan ibadah Ramadan itu sendiri,” ungkapnya.
Tingkatkan Amal Soleh
Dalam penjabaran makalahnya, Ketua MUI, Dr Maratua Simajuntak mengharapkan kepada umat dapat meningkatkan kesalehan dan amal ibadah, mengingat Ramadan adalah ladang untuk memperoleh pahala yang banyak dari Allah.
Pada malamnya dapat dihidupkan dengan memperbanyak salat sunah seperti tarawih, witir, tahajud dan lainnya.
Selain meningkatkan amalan ibadah, Maratua juga meminta kepada umat untuk selalu memelihara diri dari segala perbuatan yang dapat merusak nilai ibadah puasa yakni, ghibah atau membicarakan aib orang lain, namimah atau menyampaikan cakap orang lain dengan maksud fitnah. Kemudian berdusta (al-kadzib), menjaga syahwat, bersumpah palsu dan berkata keji serta kotor.
Puasa Bangun Imunitas
Pembicara, Prof Dr H Aznan Lelo, PhD., SpFk dalam makalahnya berjudul ‘Puasa membangun imnuitas fisik dan psikis mengungkapkan bahwa, kesehatan merupakan salah satu nikmat terbesar dalam hidup. “Kesehatan bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan seglaanya menjadi bukan apa-apa,” kata Prof Lelo.
Dia menyampaikan, ibadah puasa itu sehat dan menyehatkan sebagaimana sabda Baginda Rasulullah, berpuasalah kamu niscaya sehat. Dan target utama ibadah puasa Ramadan ini adalah untuk menjadi insan bertakwa.
Kata dia, fakta membuktikan bahwa di Arab Saudi dan sekitarnya yang masyarakatnya terbiasa puasa Ramadan, maka kasus penderita kanker relatif sedikit. Berbeda halnya dengan yang terjadi di Australia, Irlandia dan Amerika, karea asupan gulanya tinggi sehingga potensi kanker juga relatif tinggi.
“Dengan puasa sel kanker tidak dapat mengkonsumsi glukosa, lalu selnya mati,” ungkapnya.
Menurutnya, puasa dapat meningkatkan imunitas fisik dan psikis terutama bagi umat Islam yang melaksanakan ibadah puasa yang benar atas dasar keimanan kepada Allah sehingga predikat takwa itu akan tercapai secara maksimal. (m22)