Scroll Untuk Membaca

Medan

Rocky Gerung: Saya Mengkritik Pemerintah Bukan Karena Sentimen

Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung, menegaskan meski dirinya dikenal sebagai pengkritik pemerintah. Tetapi, kritik tersebut bukanlah karena sentimen, namun kritik yang ia sampaikan lebih kepada kritik berbasis argumen.

“Jadi kalau orang katakan saya ini pengkritik pemerintah, yang saya kritik berbasis argumen. Bukan saya sentimen pada Jokowi. Tapi saya mau terangkan bahwa, oligarki itu diidap bangsa ini, bukan pada zaman Jokowi. Di zaman sebelumnya oligarki sudah ada,” tegas Rocky Gerung di acara peluncuran buku Mata Air Indonesia Maju, di Jalan DI Panjaitan Medan, Minggu (19/6).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Sebelumnya di acara itu dikatakannya, bukanlah sesuatu yang aneh, bila dirinya yang dikenal pengkritik pemerintah, tetapi mau mendorong Cak Imin maju jadi presiden, hal itu baginya biasa saja.

“Jadi kalau ditanya, aneh Rocky Gerung pengkritik pemerintah, tetapi mendorong Cak Imin, yang adalah wakil ketua DPR. Apa anehnya di situ? biasa saja,” ujarnya.

Rocky Gerung hadir di acara itu sebagai salah satu pembicara diskusi publik sekaligus peluncuuran buku Mata Air Indonesia Maju: Bunga Rampai Kepada Cak Imin.

“Tetapi saya mau ingatkan bahwa negeri ini harus diusut kekacauannya, sejak awal. Kita sebetulnya, mau melihat secara detail atau menjawab secara sempurna, apakah kita sudah pindah dari alam orde baru atau reformasi, itu pertanyaannya,” katanya.

Menurut dia, proses perpindahan itu, tak terlepas dari teori transisi demokrasi. Ia menjelaskan, transisi demokrasi artinya pindah dari sisi yang otoriter ke sistem yang demokrasi.

“Secara fisika pindah itu ada dua gerak, gerak ke luar dari dan gerak masuk ke. Jadi saya ke luar dari orde baru untuk masuk ke orde reformasi, itu namanya gerak transisi,” ungkapnya.

“Orang menganggap saya ke luar orde baru lalu masuk ke orde reformasi, enggak, yang terjadi sekarang kami, kita semua, yang ada di sini terutama teman-teman yang jadi aktivis 98, kita sudah ke luar dari orde baru tapi belum masuk ke reformasi,” sambungnya.

Dengan keadaan yang seperti itu, kata dia, kita kemudian terjebak oleh oligarki. Artinya, kita tidak menyelesaikan bagian struktural bangsa ini.

“Oligarki mengintai orang-orang yang masih mondar mandir di halaman orde baru, dia gak lagi di halaman orde baru, tapi masih mondar mandir karena gak ingin masuk ke reformasi,” jelasnya.

Sebab menurutnya, di era reformasi dalilnya adalah argumen. Artinya, siapa yang punya argumen dia boleh mengkritik. “Tapi dalam oligarki tidak perlu argumen yang penting amplopnya tebal itu yang terjadi,” sebutnya.

Menurut dia, dalam politik itu bukan sekadar ngecap, tetapi duel argumen. Tetapi yang terjadi adalah justru sentimen beredar, bangsa terbelah, pluralisme terancam, intoleransi merajalela karena tidak mampu masuk wilayah duel argumen. Yang ada malah duel sentimen.

Tak hanya itu, lanjutnya, rekrutmen partai politik sekarang juga basisnya bukan argumen tapi sentimen, entah itu sentimen agama, sentimen modal dan sentimen ras. (m32).

Waspada/Rama Andriawan
Pengamat politik Rocky Gerung usai di acara diskusi publik dan peluncuran buku Mata Air Indonesia Maju, di Jalan DI Panjaitan Medan, Minggu (19/6).

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE