MEDAN (Waspada): Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Medan menginisiasi kegiatan berskala provinsi bertajuk Optimalisasi Penanganan Stroke Akut di Sumatera Utara, sebagai langkah strategis menekan angka morbiditas dan mortalitas akibat stroke.
Direktur RSUD Haji Medan, Sri Suriani Purnamawati, S.Si., Apt., M.Kes., menegaskan bahwa kegiatan ini lahir dari keprihatinan terhadap tingginya angka morbiditas dan mortalitas stroke, baik di tingkat nasional maupun di Sumatera Utara.
“Dalam kondisi serangan stroke, setiap menit sangat berharga. Karena itu, percepatan penanganan stroke akut menjadi keharusan. Kami memulai gerakan ini sebagai bentuk tanggung jawab moral dan profesional RSUD Haji Medan, salah satu rumah sakit pengampu stroke di provinsi ini, untuk menyebarluaskan standar layanan ke rumah sakit lain,” ujar Sri Suriani Sabtu, 12 Juli 2025 di Aula Raja Inal Siregar Kantor Gubernur Sumatera Utara.
Kegiatan ini ditujukan untuk membangun model sistem penanganan stroke akut yang dapat direplikasi di seluruh kabupaten/kota se-Sumatera Utara.
Beberapa tujuan utama dari program ini, kata Sri, antara lain meningkatkan kualitas dan efisiensi penanganan stroke akut secara merata, mendorong percepatan layanan trombolisis di RSUD dan rumah sakit swasta, meningkatkan keterampilan tenaga medis melalui pelatihan Code Stroke, membentuk jaringan viral stroke dalam sistem Emergency Medical Service (EMS), menyatukan komitmen lintas rumah sakit dan instansi untuk penanganan stroke terpadu dan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi dini, termasuk di tingkat sekolah dasar.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan rumah sakit pemerintah dan swasta se-Sumatera Utara, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi, SD binaan sadar stroke, organisasi profesi seperti PERDOSSI dan PERSI, serta mitra global dari Angels Initiative World Stroke Organization (WSO).
Acara yang diawali dengan penyerahan WSO Angels Award kepada rumah sakit yang telah memenuhi standar pelayanan trombolisis stroke, dilanjutkan dengan pencanangan Program Optimalisasi Penanganan Stroke Akut tingkat provinsi yang ditandai dengan penekanan layar digital (touchscreen) oleh perwakilan Gubernur, bersama Dinas Kesehatan, perwakilan PERDOSSI, serta pihak rumah sakit dan sekolah dasar binaan.
Acara inti meliputi seminar dan pelatihan Code Stroke, penguatan jaringan Tim Emergency Medical Services (EMS) siaga stroke, serta simulasi dan evaluasi sistem penanganan stroke akut. Pelatihan khusus diberikan kepada tenaga medis dari 16 RSUD dan rumah sakit swasta dari berbagai kabupaten/kota.
Sri juga mengapresiasi mendalam kepada Gubernur Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Provinsi, seluruh rumah sakit, organisasi profesi, sekolah dasar, dan mitra global Angels Initiative.
“Kami percaya bahwa dengan semangat kolaborasi lintas sektor, Sumatera Utara dapat menjadi provinsi yang lebih tanggap, sigap, dan merata dalam penanganan stroke akut. Dengan begitu, angka kecacatan dan kematian akibat stroke dapat ditekan secara signifikan,” pungkas Sri Suriani.
Kegiatan ini menjadi tonggak penting menuju sistem penanganan stroke yang lebih cepat, tepat, dan menyeluruh di seluruh wilayah Sumatera Utara.
Perwakilan Angels Initiative, Rika Aprijani Hutagalung, menegaskan pentingnya deteksi dini dan penanganan cepat terhadap stroke sebagai kunci menekan angka kematian dan kecacatan di Indonesia.
“Stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian dan disabilitas utama di Indonesia. Sayangnya, banyak kasus yang terlambat tertangani karena rendahnya kesadaran masyarakat dan keterlambatan sistem layanan,” ujar Rika.
Angels Initiative, sebuah gerakan global untuk meningkatkan perawatan pasien stroke, terus mendorong optimalisasi sistem deteksi dini di layanan kesehatan primer dan rumah sakit. Program ini bertujuan menciptakan lingkungan rumah sakit yang stroke-ready—yakni siap melakukan diagnosis cepat dan intervensi segera demi menyelamatkan nyawa dan fungsi tubuh pasien.
“Program ini bukan hanya soal pelatihan medis, tapi juga transformasi budaya layanan rumah sakit agar lebih responsif dan efisien. Kami ingin setiap detik yang hilang tidak berarti kehilangan harapan,” katanya.
Menurut Rika, intervensi cepat seperti thrombolysis atau tindakan medis darurat hanya efektif dalam jendela waktu yang sangat sempit. Oleh karena itu, edukasi masyarakat untuk mengenali tanda-tanda stroke—seperti wajah yang menurun sebelah, lemah pada satu sisi tubuh, dan bicara pelo—menjadi sangat krusial.
“Kami ingin masyarakat tahu bahwa stroke adalah kondisi darurat. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang hidup dan pulih tanpa disabilitas,” tambahnya.
Rika juga menyampaikan bahwa Angels Initiative berkomitmen mendampingi rumah sakit dan tenaga medis di Indonesia dalam membangun jejaring layanan stroke yang terstandar internasional. Melalui kolaborasi dengan pemerintah, organisasi profesi, dan rumah sakit, gerakan ini diharapkan mampu menyelamatkan lebih banyak nyawa di seluruh pelosok negeri.
“Angels bukan hanya tentang ilmu medis, tetapi juga tentang kemanusiaan—bagaimana kita bersama-sama menyelamatkan kehidupan dengan waktu yang sangat terbatas,” pungkasnya.
Kecatatan Tertinggi
Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Bidang Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur, dan Pemberdayaan Masyarakat Sumut, Alfi Syahriza menyampaikan bahwa stroke merupakan penyebab kecacatan tertinggi di Indonesia, termasuk di Sumatera Utara.
Berdasarkan data Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi stroke nasional mencapai 8,3 per seribu penduduk, sedangkan di Sumut sebesar 6,6 per seribu.
“Bagian besar dari pasien stroke datang ke rumah sakit setelah melewati waktu emas penanganan. Ini menjadi tantangan besar, baik bagi dunia medis maupun pembuat kebijakan,” ungkap Alfi di hadapan peserta kegiatan yang juga diikuti kalangan medis dan pemangku kepentingan.
Sebagai bentuk respon, RS Haji Medan digandeng menjadi rumah sakit rujukan utama dalam penanganan stroke di provinsi ini. Rumah sakit tersebut juga mendapat apresiasi atas keberhasilannya meraih penghargaan Angels Award dari World Stroke Organization.
“Acara hari ini bukan sekadar seremonial, melainkan momen untuk memperkuat komitmen dan kesiapsiagaan rumah sakit dalam menangani stroke akut,” tambah Alfi.
Ia menekankan bahwa kesuksesan penanganan stroke tidak hanya bergantung pada fasilitas kesehatan, tetapi juga pada kesadaran masyarakat untuk bertindak cepat. “Respons cepat masyarakat membawa penderita stroke dalam waktu emas ke rumah sakit sangat menentukan hasil penanganan,” ujarnya.
Sebagai bagian dari komitmen kolaboratif, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan pelatihan penanganan stroke yang melibatkan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Sumatera Utara. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit.
Alfi optimistis, inisiatif ini akan membawa perubahan besar dalam sistem layanan stroke di Sumut. “Dengan semangat kolaborasi dan sinergi, saya mencanangkan program Optimalisasi Penanganan Stroke Akut Provinsi Sumatera Utara sekaligus membuka pelatihan Stroke Code, sebagai langkah konkret meningkatkan kualitas layanan kesehatan,” tegasnya.
Program ini ditargetkan mampu menjadi titik balik dalam upaya menekan angka kematian dan kecacatan akibat stroke di Sumut. Pemerintah daerah pun berkomitmen mengawal implementasi program ini secara berkelanjutan bersama seluruh mitra dan pemangku kepentingan terkait.(cbud)