# Luka Mental Bisa Lebih Berbahaya
MEDAN (Waspada.id): RSUD dr. Pirngadi Medan menilai ancaman perundungan (bullying) semakin mengkhawatirkan dan dapat memicu krisis kesehatan mental jika tidak ditangani serius.
Hal itu mengemuka dalam Seminar Ilmiah Kesehatan bertema “Kesehatan Mental dan Dampak Bullying” yang digelar di Aula RSUD dr. Pirngadi Medan, Kamis baru-baru ini, sekaligus memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 dan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2025.
Kegiatan diikuti perwakilan Dinas Kesehatan Kota Medan, jajaran RSUD dr. Pirngadi Medan, serta RSUD H. Bachtiar Djafar Medan. Seminar menghadirkan Ketua SMF Psikiatri RSUD dr. Pirngadi Medan, dr. Mawar Gloria Tarigan, SpKJ (K), dan Psikolog Klinis RSUD H. Bachtiar Djafar Medan, Terendienta Pinem, M.Psi.
Ciptakan Ruang Aman
Dalam pemaparannya, dr. Mawar menegaskan bahwa bullying merupakan kekerasan yang meninggalkan luka psikologis jangka panjang.
“Bullying dapat memicu stres, kecemasan, hingga depresi. Karena itu, keluarga, sekolah, dan lingkungan kerja harus menciptakan ruang aman bagi setiap individu,” ujarnya.
Menurutnya, banyak kasus kesehatan mental yang sebenarnya berawal dari pengalaman perundungan yang tidak tersentuh layanan profesional.
Sementara, Terendienta menekankan, trauma akibat bullying dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional korban.
“Pendekatan empatik, baik kepada korban maupun pelaku, penting untuk memutus rantai kekerasan psikologis ini,” jelasnya.
Ia menambahkan, deteksi dini menjadi kunci agar korban tidak jatuh pada gangguan mental yang lebih berat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang diwakili dr. Pocut mengapresiasi seminar ini dan menyebut edukasi kesehatan mental perlu diperluas, terutama di layanan kesehatan dasar.
“Kesehatan jiwa adalah bagian integral kesehatan masyarakat. Edukasi seperti ini meningkatkan sensitivitas tenaga kesehatan dalam menghadapi pasien dengan persoalan psikologis,” ujarnya.
Seminar berlangsung interaktif dengan diskusi berbagai strategi pencegahan bullying di fasilitas kesehatan dan ruang kerja. Peserta menyoroti pentingnya membangun tempat layanan kesehatan yang bebas stigma, diskriminasi, dan intimidasi.
RSUD dr. Pirngadi menegaskan siap memperkuat kolaborasi dengan instansi kesehatan lain untuk meningkatkan literasi publik mengenai isu perundungan dan kesehatan mental.
“Kesehatan mental adalah hak setiap orang. Memahami dampak bullying membuat kita bisa menciptakan lingkungan penuh empati,” tutup dr. Mawar.
Dengan kegiatan tersebut, RSUD dr. Pirngadi berharap tenaga kesehatan tidak hanya fokus pada aspek fisik pasien, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam mendeteksi tanda-tanda gangguan mental akibat bullying.(id20)













