Scroll Untuk Membaca

Medan

Sekretaris IDI Medan: Kesehatan Harus Menjadi Prioritas Utama Di Pilkada Medan

Sekretaris IDI Medan: Kesehatan Harus Menjadi Prioritas Utama Di Pilkada Medan
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Medan, Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan, dr. Galdy Wafie, M.Ked(An), Sp.An, memberikan pandangannya terkait pentingnya perhatian terhadap sektor kesehatan.

Pada kesempatan itu, dr. Galdy menekankan bahwa kesehatan harus menjadi salah satu prioritas utama para calon pemimpin yang akan terpilih.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Saat kita bicara tentang kesehatan, ini bukan hanya soal medis, tetapi mencakup kehidupan sehari-hari. Dari makanan, lingkungan, hingga produktivitas masyarakat. Kesehatan adalah fondasi utama agar masyarakat bisa bekerja, belajar, dan hidup dengan baik,” ujar dr. Galdy, Rabu (9/10).

Ia juga menyoroti bahwa setiap daerah, termasuk Medan, memiliki tantangan kesehatan yang berbeda. Medan sebagai kota besar memiliki masalah kesehatan yang cukup kompleks. “Banyak daerah, termasuk Medan, menghadapi isu kesehatan yang unik. Maka, calon pemimpin harus menyadari betapa pentingnya kesehatan dalam program kerja mereka,” tambahnya.

Dr. Galdy juga menekankan perlunya kolaborasi antara berbagai pihak, terutama organisasi profesi dan pemerintah. Menurutnya, pemerintah harus bekerjasama erat dengan tenaga kesehatan untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan yang ada.

“Kita butuh kolaborasi. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Organisasi profesi, seperti IDI, harus dilibatkan untuk memastikan program kesehatan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” tegasnya.

Lebih lanjut, dr. Galdy juga menekankan pentingnya pendekatan preventif dalam bidang kesehatan. “Tren dunia kesehatan sekarang lebih ke arah pencegahan. Kita harus mengedukasi masyarakat untuk menjaga kesehatan sejak dini, bukan menunggu sakit baru diobati. Penyakit yang tidak menular, seperti penyakit jantung dan stroke, kini menjadi penyebab utama kematian. Ini erat kaitannya dengan pola hidup masyarakat,” paparnya.

Saat ditanya mengenai perhatian para calon pemimpin terhadap sektor kesehatan, dr. Galdi menilai bahwa sebagian besar calon sudah mulai menunjukkan kepedulian. Namun, ia berharap bahwa visi misi mengenai kesehatan bisa lebih diperkuat.

“Para calon sebenarnya sudah mulai menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan dalam visi misi mereka. Tetapi, ketika terpilih nanti, sering kali tantangan-tantangan baru muncul yang bisa menghambat implementasi visi tersebut. Harapannya, kesehatan tetap menjadi prioritas utama,” jelas dr. Galdy.

Dia pun berharap, ketika calon pemimpin itu terpilih dapat menuntaskan visi misinya terdahulu, meskipun nanti akan datangnya prioritas lain.

“Jadi memang visi misinya ada, tapi karena memang masalah-masalah yang dihadapi itu banyak, mudah-mudahan jangan memundurkan visi misi yang sudah dibangun dari awal,” ujarnya.

Dia juga menyoroti beberapa calon kepala daerah untuk Sumatera Utara yang berprofesi di dunia kesehatan.

“Beberapa calon ada yang berprofesi di dunia kesehatan, sama dokter mungkin ya. Sudah ada bupati, walikota yang memang latar belakangnya kesehatan. Jadi memang mungkin rekan-rekan sejawat ini harusnya lebih ke visi misinya ke kesehatan itu lebih besar, dibandingkan yang lainnya. Tapi balik lagi, masalah pilihan, saya bukan berkampanye di sini. Tapi memang di masalah kesehatan memang harus menjadi prioritas dari semua calon-calon kepala daerah,” tutup dr. Galdy.

Edi Rahmayadi – Bobby Nasution

Sementara itu, pengamat kesehatan Destanul Aulia membahas visi-misi dua kandidat utama dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatra Utara, yaitu Bobby Nasution dan Edy Rahmayadi. Kedua kandidat tersebut sama-sama menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dengan fokus khusus pada sektor kesehatan.

Menurut Destanul, visi-misi kedua calon memiliki kesamaan dalam hal peningkatan kualitas SDM, yang mana sektor kesehatan menjadi elemen vital dalam mencapai SDM yang berkualitas. “Karena objek utama kesehatan adalah manusia, kedua kandidat ini memberikan fokus pada peningkatan kualitas SDM melalui pendekatan kesehatan yang holistik,” ungkapnya.

Destanul menjelaskan bahwa Edy Rahmayadi lebih fokus pada penguatan sistem kesehatan primer. Ini terlihat dalam misinya untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan kesehatan primer, termasuk peningkatan jumlah dokter spesialis, layanan kesehatan mobile, serta akses kesehatan dasar yang lebih merata. “Namun, sayangnya, penguatan ini masih terlihat terpisah-pisah, tidak terintegrasi secara menyeluruh,” ujar Desanul.

Edy juga dikenal dengan program layanan kesehatan mobile yang sudah diimplementasikan di eranya, meski menurut Destanul, program ini lebih bersifat kuratif dan kurang menekankan pada upaya promotif dan preventif. “Ini seharusnya yang menjadi fokus transformasi kesehatan ke depan, untuk menekan biaya kesehatan yang tinggi,” tambahnya.

Sementara itu, Bobby Nasution membawa visi yang lebih terintegrasi dalam hal layanan kesehatan. Destanul menilai bahwa Bobby menawarkan konsep yang lebih holistik dengan pendekatan layanan kesehatan terintegrasi mulai dari layanan primer hingga sekunder dan tersier. “Bobby menekankan pentingnya layanan kesehatan yang terintegrasi di semua tingkatan. Tidak hanya memperkuat layanan primer, tetapi juga rujukan yang menyeluruh,” jelasnya.

Bobby juga dikenal dengan konsep Medan Medical Tourism, sebuah upaya untuk memajukan pelayanan kesehatan unggulan di Medan yang dapat menarik pasien dari luar kota bahkan luar negeri.

Menurut Destanul, perbandingan antara keduanya sulit dilakukan secara langsung karena cakupan demografi yang berbeda, baik di antara Kota Medan dengan kota lainnya maupun Sumatera Utara dengan provinsi lain.

Meskipun demikian, kedua calon memiliki visi yang sama dalam bidang kesehatan, dengan tujuan meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Namun, yang membedakan adalah seberapa jauh visi tersebut diarahkan ke masa depan. Dari analisis yang ada, visi kesehatan yang ditawarkan oleh Bobby Nasution dinilai lebih jauh ke depan dibandingkan dengan Edi Rahmayadi.

“Dalam program Edi Rahmayadi, terdapat penguatan pada aspek-aspek tertentu yang hingga saat ini masih belum terwujud sepenuhnya, meskipun sebenarnya harapan untuk mewujudkan hal tersebut sudah ada sejak awal masa kepemimpinannya,” tutupnya.(cbud)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE