MEDAN(Waspada): Pagelaran “Mahakarya Jejak Pena untuk Indonesia” SMP Harapan 1 Medan, memuat Literasi, Emosi, dan Harapan Generasi Bangsa,belum lama ini berlangsung meriah. Kegiatan berlangsung di Aula Sekolah, sekaligus pelepasan siswa kelas IX menjadi momentum tidak terlupakan bagi siswa yang segera menyelesaikan jenjang pendidikan menengah pertama.
Acara menghadirkan pertunjukan kolaboratif antara siswa, guru, dan orang tua dalam satu rangkaian yang menggugah emosi dan menginspirasi.
Drama Lintas Generasi:
Tampilan drama lintas generasi bertajuk Sekolah Masa Depan, menarik simpati hadirin.
Mengusung konsep panggung bertutur, pagelaran ini dibuka dengan penampilan tiga narator utama yang mewakili tiga generasi.
Acara ini menyajikan gambaran transformatif pendidikan di Indonesia: dari sistem yang serba kaku menuju pendekatan yang berakar pada karakter, kreativitas, dan teknologi.
Pagelaran ini semakin berkesan dengan tiga monolog pendidikan bertema sosial yang menggugah:“Wanita Tangguh tentang Pendidikan” menggambarkan perjuangan melawan ketimpangan akses belajar.
Alur cerita di antara ladang dan harapan, menceritakan seorang perempuan desa yang menembus keterbatasan dan kini menyaksikan perubahan pendidikan di tempat asalnya.
Kehadiran tokoh Remaja Ceria yang dibawakan oleh siswa kelas 7 menjadi jembatan generasi muda yang penuh semangat dan optimisme. Dengan gaya pop-culture yang ringan namun bermakna, ia menyampaikan harapan agar pendidikan Indonesia inklusif dan menyenangkan bagi semua anak.
Antologi
Antologi “Sebelum Kelas Usai”: Mahakarya Literasi Pelajar
Salah satu sorotan utama adalah peluncuran buku antologi “Sebelum Kelas Usai”, kumpulan karya siswa kelas 9 yang berisi narasi personal, fiksi, dan refleksi keseharian.
Ketua Umum Yayasan Pendidikan Harapan (YASPENDHAR), Dr. Tapi Rondang Ni Bulan, S.E., M.Si., menyampaikan bahwa “acara ini merupakan salah satu langkah awal kepedulian nyata terhadap literasi dan pendidikan generasi muda”.
Kepala SMP Harapan 1 Medan, Sir Heky Azhari, S.S., menyatakan bahwa buku ini bukan sekadar kumpulan tulisan, tetapi sebuah “monumen literasi” yang menandai semangat berkarya para siswa.
“Ini bukan sekadar pertunjukan, ini adalah pernyataan bahwa mereka ada, bahwa mereka mampu, dan bahwa mereka siap melangkah ke jenjang berikutnya dengan kepala tegak dan hati yang teguh,” ujarnya saat memberi sambutan.
Beliau juga mengajak siswa untuk terus berkarya dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, termasuk ke SMA Harapan 1 Medan.
Perwakilan orang tua, Prof. Ridha Dharmajaya, Sp.BS, seorang spesialis bedah saraf, menyampaikan refleksi mendalam bahwa orang tua kerap lalai karena terlalu fokus pada pekerjaan.
Ia menekankan pentingnya kehadiran dan peran aktif dalam mendampingi pendidikan anak.
Ketua OSIS, Siti Adila Hardesti Keloko, yang juga siswa kelas 9, menyampaikan rasa terima kasih kepada guru-guru dan memberikan pesan penuh harapan kepada adik-adik kelas agar terus menjaga semangat belajar dan nama baik sekolah.
“Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak/ibu guru atas ilmu, bimbingan, dan kesabaran selama ini. Tanpa kalian, kami tidak akan bisa berdiri di sini hari ini,” ungkapnya.
Penampilan kreatif dari seluruh kelas IX-A hingga IX-D secara bergiliran menampilkan karya pertunjukan unik dan beragam. Setiap kelas menyajikan bentuk ekspresi seni yang mencerminkan tema besar acara: pendidikan sebagai jejak perubahan.
Pagelaran ini menjadi bukti bahwa SMP Harapan 1 Medan tidak hanya mendidik, tetapi juga membentuk karakter dan membangun mimpi anak bangsa.(m22)
Waspada/Anum Purba
Penampilan kreatif dari seluruh kelas IX-A hingga IX-D secara bergiliran menampilkan karya pertunjukan unik dan beragam.











