Scroll Untuk Membaca

Medan

Stunting Capai 555 Kasus, Kota Medan Antisipasi Bentuk TPPS

Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Angka stunting di Kota Medan saat ini mencapai 555 kasus stunting dari 119.225 jumlah balita.

Kepala Dinas Kesehatan Medan melalui Kabid Kesmas Dinkes Medan Helena Rugun mengatakan stunting jangan dilihat dari jumlah kasus, namun prevalensinya.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Stunting Capai 555 Kasus, Kota Medan Antisipasi Bentuk TPPS

IKLAN

“Artinya, balita yang mengalami stunting dibagi dengan jumlah sasaran balita di Kota Medan. Untuk prevalensi stunting Kota medan dengan data real adalah 0,46%,” kata Helena Rugun, Kamis (12/5).

Ia mengatakan Pemerintah Kota (Pemko) Medan melalui OPD terkait sudah banyak melaksanakan berbagai program kegiatan dalam rangka percepatan penurunan stunting.

“Berbagai program kerja telah dilaksanakan di masing-masing OPD terkait, bisa dilihat dari SK Wali Kota Medan tentang Tim Percepatan Penurunan Stunting Nomor: 440/30.K,” ujarnya.

Cara pemerintah kota menurunkan kasus stunting adalah sesuai dengan Perpres Nomor: 72 Tahun 2022, dengan dibentuknya Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) berdasarkan SK Wali Kota Medan Nomor: 440/30.K.

Sedangkan, lokasi fokus (Lokus) perioritas Kota Medan tahun 2022 sebanyak 63 kelurahan berdasarkan SK Wali Kota Medan Nomor: 440/32.K tentang penetapan pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi di Kota Medan.

“Lokus dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Kelurahan Belawan Sicanang sebesar 6,40%,” sebutnya.

Selain Dinkes Medan, ada beberapa OPD yang terlibat dan ditetapkan dengan SK Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Medan, dengan struktur yaitu Wakil Wali Kota (Ketua).

“Wakil Ketua Sekda, Bapeda, Ketua TP PKK, Sekretaris Dinas P2KB. Bidang pelayanan intervensi spesifik yaitu Dinkes Kota Medan,” ungkapnya.

Menurutnya, penyebab stunting terjadi karena gangguan dan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar.

“Stunting terlihat setelah bayi berusia anak dua tahun dan jika diketahui dengan cepat sebelum usia dua tahun bisa dengan segera dikoreksi dalam 1.000 hari pertama kehidupan,” tandasnya.(cbud).

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE