MEDAN (Waspada.id): Bencana banjir dan tanah longsor (Hidrometeorologi) melanda 11 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara diantaranya Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Kota Sibolga, Tapanuli Selatan, Madina, Langkat, Padangsidimpuan serta beberapa titik lain di Sumatera Utara dalam dua hari terakhir.
Curah hujan tinggi memicu luapan air dan pergerakan tanah yang merusak rumah, menutup akses jalan, menghanyutkan kendaraan, dan memaksa banyak warga mengungsi dalam kondisi penuh kecemasan dan kehilangan. Di sejumlah wilayah, proses evakuasi masih berlangsung dan data korban terus diperbarui.
Pemandangan memilukan terlihat di lokasi terdampak. Rumah-rumah warga tertimbun lumpur, jembatan dan fasilitas umum rusak parah, sementara tenda-tenda darurat dipenuhi warga yang kehilangan tempat tinggal. Tangis keluarga yang mencari anggota keluarga yang hilang menambah luka duka yang dirasakan masyarakat Sumatera Utara.
Menanggapi musibah ini, Wakil Ketua DPRD Sumatera Utara, H. Salman Alfarisi, Lc., MA., menyampaikan keprihatinan mendalam dan seruan tegas agar penanganan dilakukan cepat, serius, dan terkoordinasi.
“Sumatera Utara berduka..” ujarnya dengan suara penuh empati saat dihubungi wartawan, Rabu (26/11/2025). “Kami terus mendesak BNPB, Pemerintah Provinsi, TNI & Polri bersama-sama mengerahkan segala bentuk bantuan terbaik untuk masyarakat terdampak dan pemulihan sesegera mungkin,” ungkapnya.
Salman juga menegaskan perlunya evaluasi total atas upaya mitigasi bencana yang selama ini dinilai belum maksimal. “Kemudian melakukan evaluasi menyeluruh segala kerja-kerja antisipatif dari mulai edukasi kebencanaan kepada masyarakat, penegakan hukum atas pelanggaran-pelanggaran terhadap lingkungan hidup dan kelestarian hutan secara tegas dan lebih serius,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa tragedi ini bukan hanya urusan pengungsian, logistik, dan pemulihan fisik, tetapi juga peringatan keras atas akibat kelalaian menjaga lingkungan. Penggundulan hutan, alih fungsi lahan, dan lemahnya penegakan hukum dipandang sebagai faktor yang memperburuk risiko bencana di berbagai wilayah Sumut.
Salman mengajak masyarakat untuk memperkuat solidaritas kemanusiaan. “Kepada Allah SWT kita bermohon ampunan. semoga warga terdampak diberikan ketabahan, kekuatan dan kemudahan atas kehilangan dan musibah yang dialami,” ungkapnya.
Musibah ini menjadi momentum refleksi penting agar pembangunan dan kepentingan ekonomi tidak lagi mengorbankan keselamatan rakyat dan kelestarian alam. Sumatera Utara sedang terluka, dan penyembuhan membutuhkan tanggung jawab bersama. (id06)












