MEDAN (Waspada.id): Upaya mengatasi banjir di Kota Medan mendapat gagasan baru melalui penerapan teknologi Drainase Vertikal yang dinamakan Sumur Laluan. Konsep ini digagas oleh Ir. H. Awaluddin Thayab, M.Sc, sebagai terobosan untuk menyelesaikan persoalan banjir yang selama puluhan tahun tak kunjung tuntas.
Selama ini, penanganan banjir di perkotaan umumnya mengandalkan Drainase Horizontal dan Sumur Resapan, namun cara tersebut dinilai tidak efektif karena saluran harus saling terhubung dan sering terhambat oleh kondisi parit atau sungai yang tidak memadai. Sementara itu, Sumur Resapan terkendala rendahnya permeabilitas tanah permukaan Kota Medan.
Melihat kondisi tersebut, sejak tahun 2017 Ir. Awaluddin mengembangkan konsep Sumur Laluan, yakni sistem drainase vertikal yang bekerja mengalirkan air banjir langsung ke lapisan tanah dalam atau aquifer tanpa perlu menunggu proses resapan permukaan.
“Air banjir tidak perlu lagi menunggu meresap. Sumur Laluan menghantarkan air langsung ke tanah dalam, sehingga tidak terjadi genangan lama,” jelasnya pada Rabu (26/11).
Konsep ini terinspirasi dari teknologi “Sumur Bor Dalam” milik US Navy yang mampu menghasilkan debit maksimal dan memindahkan lapisan tanah ke permukaan dengan teknik jetting serta metode pembersihan sumur lanjutan. Pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang pengeboran membuatnya yakin bahwa metode ini dapat menjadi solusi nyata bagi kota rawan banjir.
Ir. Awaluddin menegaskan bahwa Sumur Laluan berbeda dari sumur resapan biasa, karena menggunakan metode konstruksi berteknologi tinggi, termasuk pemasangan screen, gravel pack, dan pembersihan sumur yang lebih profesional.
Meski biayanya lebih besar, Sumur Laluan dirancang sebagai sumur multifungsi dengan empat manfaat, sehingga lebih efisien digunakan jangka panjang.
Gagasannya mulai mendapat perhatian pada 2019, termasuk saat dipresentasikan kepada sejumlah pihak, bahkan menjadi bahan diskusi ketika Jakarta tengah membahas upaya pencegahan banjir. Namun pandemi Covid-19 menyebabkan pembahasan lanjutan terhenti dan hanya sempat dilanjutkan melalui beberapa diskusi daring.
Ir. Awaluddin berharap konsep ini dapat kembali diangkat sebagai opsi nyata mengatasi banjir di Medan dan kota-kota besar lain yang memiliki persoalan serupa. Ia menilai, jika diterapkan secara sistematis, Sumur Laluan mampu menjadi solusi modern untuk mengalirkan air berlebih langsung ke aquifer hingga akhirnya kembali ke sungai atau laut secara alami.
“Drainase vertikal adalah pilihan yang seharusnya mulai diterapkan, karena kondisi drainase horizontal kita semakin tidak memadai untuk menahan curah hujan ekstrem,” tegasnya.
Dengan inovasi ini, Ir. Awaluddin mendorong pemerintah daerah untuk mempertimbangkan Sumur Laluan sebagai salah satu strategi pengendalian banjir yang berkelanjutan dan berbasis teknologi.(id20)












