Medan

Tata Kelola MBG, Memalukan Dan Memilukan!

Tata Kelola MBG, Memalukan Dan Memilukan!
Farid Wajdi. Waspada.id/ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Farid Wajdi selaku Founder Ethics of Care/Anggota Komisi Yudisial 2015-2020, pada Minggu (16/11/2025) menyampaikan, tata kelola Makanan Bergizi Gratis (MBG) memalukan dan memilukan.

Dijabarkannya, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) seharusnya menjadi tonggak perbaikan gizi nasional, tetapi rangkaian peristiwa akhir-akhir ini justru menampilkan wajah getir yang sulit disanggah. Insiden keracunan massal dan penemuan cacing hidup dalam sajian bukan hanya memalukan, melainkan juga memilukan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Bayangkan, sebuah program yang membawa label “bergizi” namun berkali-kali diwarnai makanan yang justru merugikan kesehatan anak, lengkap bersama hidangan hewan menjijikkan yang seharusnya mustahil muncul dalam hidangan yang layak konsumsi.

Di titik ini, publik tidak lagi bertanya soal kesalahan teknis, melainkan meragukan seluruh fondasi tata kelola program.
Kasus di Medan menjadi gambaran dramatis situasi ini. Video yang tersebar luas memperlihatkan seekor cacing tanah yang masih bergerak tepat di samping telur orak-arik MBG.

Reaksi instan dari pejabat setempat yang menyebut kejadian tersebut hanya muncul pada satu porsi tidak meredakan kegelisahan. Cacing hidup pada menu makan anak sekolah menunjukkan betapa longgarnya proses pembersihan bahan baku, sanitasi dapur, dan pengecekan akhir sebelum makanan disajikan.
Situasi ini bukan sebatas kesalahan kecil; ini menabrak logika dasar program pangan bergizi.

Di Bogor, puluhan siswa jatuh sakit setelah mengonsumsi menu MBG. Gejalanya seragam: mual, muntah, dan diare. Investigasi memperlihatkan fakta yang menyakitkan: dapur SPPG yang bertugas memasok makanan belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.

Kondisi semacam itu memperlihatkan betapa pelaksanaan program dipaksakan berjalan meskipun infrastrukturnya belum siap. Ketika dapur belum memenuhi standar sanitasi, risiko keracunan menjadi konsekuensi langsung, bukan kebetulan. Kemunculan kasus ini juga menggugurkan klaim insiden yang terjadi bersifat sporadis.
Peristiwa serupa muncul di Bulukumba. Belatung ditemukan dalam tempe dan pisang MBG. Siapa pun yang melihat rekaman atau foto kejadian tersebut akan sepakat: makanan seperti itu sama sekali tidak pantas masuk kategori aman, apalagi bergizi. Belatung tidak lahir dari udara; ia tumbuh karena bahan baku tidak segar, penyimpanan buruk, atau proses produksi yang lalai.

Ketika program berskala nasional masih diwarnai temuan seperti itu, wajar jika publik mempertanyakan kualitas sistem keamanan pangan yang semestinya menjadi jantung operasi MBG.

Rentetan kasus ini memperlihatkan pola yang terlalu konsisten untuk disebut kebetulan.

Setiap kejadian menunjukkan titik lemah yang sama: lemahnya pengawasan kualitas, sanitasi dapur yang belum kokoh, SOP yang tidak dijalankan, serta minimnya pengawasan rutin.

Masyarakat menerima pesan kontradiktif: program digembar-gemborkan sebagai solusi gizi, sementara realitas lapangan menunjukkan makanan yang jauh dari standar layak konsumsi.

Sisi memilukan dari seluruh situasi ini terletak pada fakta korban paling rentan justru anak-anak. Mereka diberi janji makan sehat, tetapi yang diterima sering kali menjadi pengalaman traumatis.

Orang tua berhak marah, sekolah berhak protes, dan masyarakat berhak menuntut pertanggungjawaban yang lebih tegas daripada sekadar klarifikasi atau permintaan maaf.

Program sebesar MBG hanya layak berjalan apabila keamanan pangan dijadikan prioritas absolut. Setiap dapur wajib tersertifikasi. Setiap proses wajib diawasi.

Setiap kelalaian wajib dikenai sanksi nyata. Selama pelaksanaannya masih memberi ruang bagi kontaminasi kasar, program ini akan terus memproduksi ironi: makanan yang seharusnya menyehatkan berubah menjadi sumber bahaya yang menyayat hati.(id18)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE