MEDAN (Waspada.id): Bayangkan sebuah desa di Samosir, tepat di kaki Bukit Pusuk Buhit yang legendaris, namun ironisnya, sebagian warganya masih hidup dalam kegelapan. Bayangkan pula para petaninya yang memiliki lahan jagung hektaran, namun harus memipil hasil panen mereka menggunakan ban motor bekas.
Inilah potret nyata Dusun Pinal Desa Hasinggaan di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir. Sebuah desa dengan potensi luar biasa, namun terhambat oleh dua masalah fundamental: krisis energi dan teknologi pertanian yang masih tradisional.
Dua masalah ini saling terkait. Tanpa listrik, aktivitas produktif pemuda di malam hari mati suri. Dengan metode panen manual, petani kehilangan 15-20% hasil panennya sebelum sempat terjual.Kondisi inilah yang dijawab tuntas oleh tim dosen dari Universitas Negeri Medan (Unimed ) dan Politeknik Negeri Medan (Polmed) melalui Program
Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) 2025.
Tim pelaksana yang diketuai oleh Lisnawaty Simatupang ini tidak hanya datang memberi bantuan, tetapi membangun sistem kemandirian baru. Revolusi Pertanian: Dari lima hari menjadi satu hari. Fokus pertama adalah mitra Kelompok Tani Martumbur-Marlundu-Mekar. Masalah utama mereka adalah efisiensi. Untuk memanen satu hektar jagung, mereka butuh waktu rata-rata lima hari.
Tim PDB Unimed dan Polmed mengintervensi dengan dua Teknologi Tepat Guna (TTG) krusial: Panel surya sebagai sumber energi listrik dan mesin pengupas dan pemipil jagung modern. Bukan sekadar memberikan alat, tim pelaksana memberikan pelatihan intensif. Dampaknya dirancang sangat drastis. Mesin pemipil jagung baru ini memiliki kapasitas mengupas dan memipil sekitar 1,2 ton/jam.
Target kami jelas, waktu panen yang tadinya 5 hari bisa dipangkas menjadi hanya 1 hari.
“Ini meningkatkan efisiensi kerja petani hingga 100% dan menekan kerugian pasca panen secara signifikan,” jelas Lisnawaty Simatupang, ketua Tim PDB Unimed, Selasa (11/11) di Medan. Intervensi kedua adalah yang paling menyentuh sisi kemanusiaan. Di Desa Hasinggaan, terdapat Dusun Pinal yang dihuni sekitar 52 KK. Karena topografi perbukitan yang sulit, dusun ini terisolasi dan sama sekali belum terjangkau jaringan listrik PLN. Mitra Karang Taruna Desa Hasinggaan menjadi motor penggerak untuk solusi ini.
Tim Unimed dan Polmed melakukan instalasi Panel Surya (Solar Cell) untuk memenuhi kebutuhan listrik dasar 52 KK di dusun tersebut. Kini, anak-anak di Dusun Pinal bisa belajar di malam hari, warga bisa mengisi daya alat komunikasi, dan Karang Taruna memiliki fasilitas untuk kegiatan produktif.
“Kami tidak hanya memasang, tapi kami melatih Karang Taruna untuk melakukan
pemeliharaan dan troubleshooting sederhana. Kami ingin mereka menjadi agen perubahan dan motor penggerak edukasi energi bersih di desa ini,” tambah Jhony Hartanta Sembiring salah satu anggota dari tim PDB tersebut.
Dua intervensi besar ini (mesin TTG dan panel surya) adalah bagian dari cetak biru yang lebih besar untuk Desa Hasinggaan. Program PDB ini dirancang untuk meningkatkan ketahanan pangan (pertanian), ketahanan energi (solar cell), Dengan panen yang lebih efisien dan energi yang kini tersedia, Desa Hasinggaan kini memiliki pondasi kuat untuk mandiri secara ekonomi dan siap mempromosikan potensi besar mereka, termasuk wisata budaya di kaki Pusuk Buhit.
“Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada DPPM Kemendikti Saintek atas dukungan pendanaan melalui PDB Tahun 2025. Kepada Rektor dan LPPM Unimed atas pendampingan dan fasilitasi yang diberikan dan pemerintah Desa Hasinggaan serta pihak-pihak lainnya. Semoga kerja sama ini menjadi langkah nyata dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Masyarakat khususnya di Dusun Pinal Desa Hasinggaan Kecamatan Sianjur Mula-Mula. (id14)












