Scroll Untuk Membaca

Medan

Tuntaskan Persoalan Kesehatan di Sumut, Kepala Daerah Harus Berperan

Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Persoalan kesehatan di Sumatera Utara (Sumut) masih menjadi ‘PR’ besar bagi pemerintah. Untuk itu diminta Kepala Daerah di Kabupaten/kota proaktif berperan dalam upaya-upaya penanganannya.

Hal ini dikatakan Kadis Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit saat hadir di program bincang-bincang bersama Redaksi Harian Waspada Medan baru-baru ini.

“Akhir Januari 2023 saya dapat rapot dari Kementrian Kesehatan dimana angka kasus sejumlah penyakit di Sumut cukup “bagus” dalam artian butuh perhatian. Misalnya TBC kita nomor 4 nasional. Sedangkan HIV nomor 5 nasional, kemudian dasar imunisasi lengkap capaiannya hanya 47 persen lebih. Ini merupakan persoalan yang harus kita tangani,”jelas Alwi.

Alwi mengatakan untuk imunisasi ini target capaian nasionalnya 90 persen. Jika itu tercapai maka akan menimbulkan kekebalan bagi anak-anak yang belum imunisasi.

“Sehingga 10 persen yang tidak imunisasi menjadi terselamatkan. Kalau hanya 47 persen lebih maka akan muncul kejadian luar biasa (KLB) bahkan sebutnya itu sudah terjadi. Seperti munculnya DIfteri di beberapa kabupaten/ kota.

Lanjut Alwi, untuk angka stunting sebutnya cukup bagus 21,1 persen lebih baik dari nasional 21,6 persen. Namun, angka ini katanya cukup mengkhawatirkan karena 1 dari 5 anak mengalami stunting.

“Stunting ini bukan hanya karena pendek saja jadi persoalan tetapi juga karena gizi kronik yang berlama-lama, jadi bukan hanya karena pendek tetapi otaknya pendek dimana sel otaknya terganggu, akibatnya 30 tahun mendatang dia tidak akan bisa bersaing dengan teman sekampungnya sendiri,” tegasnya.

Banyaknya persoalan kesehatan ini harus ditangani secara bersama-sama. Terutama peran kepala daerah diharapkan pro aktif menyelesaikan persoalan kesehatan di masyarakat khususnya TBC dan Stunting.

Dalam Bincang-bincang itu, Alwi sempat membeberkan kedekatannya dengan Harian Waspada Medan.

“Saya kenal Waspada itu dari tahun 80an bukan hanya mengenal bahkan intens berkomunikasi dengan pihak pihak Waspada,” katanya.

Harian Waspada katanya termasuk barometer di Sumut. Meski ia melihat beritanya sering terlambat 1 hari tetapi ia mengaku ketika beritanya sudah keluar atau terbit itulah yang benar.

“Memang terlambat tapi saya pikir itu dilakukan Waspada karena kehati-hatiannya agar tidak salah. Memang terlambat satu hari, seperti ketuk Palu dulu nah itu lah yang betul beritanya,’ tegasnya.

Dalam perjalanan hidupnya ia mengaku pernah menulis dan hanya di Harian Waspada dimuat. ‘Saya hanya ingin menulis di Waspada karena di Waspada sesuai dengan target pembaca yang saya harapkan. Jadi satu-satunya media tempat saya menulis ini Waspada.

Yang paling berkesan juga ia menuturkan bahwa ia pernah diberitakan di halaman pertama koran Waspada terkait jemaah haji yang tidak makan.

“Saat itu saya petugas haji yang ribut dengan menteri agama.saat itu saya kecewa dengan materi agama yang tidak ada meminta maaf dan menganggap persoalan jemaah haji tidak makan itu soal biasa. Sementara waktu itu hampir 200 ribu dan hanya 10 persen makanan itu yang sampai. Jadi itu diberitakan oleh Waspada.

Saya berharap, Harian Waspada terus menjadi media barometer Sumatera Utara dan mendukung program-program untuk mencapai masyarakat sehat dan cerdas. (Cbud)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE