MEDAN (Waspada): Pimpinan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) Al Mukhlisin Dr. Muhammad Nasir, Lc, MA, menyampaikan pentingnya menghadirkan psikolog sebagai petugas Kelompok terbang (Kloter) mendampingi perjalanan jamaah calon haji (Calhaj) ke Tanah Suci.
Hal itu disampaikannya Kamis(15/5) bersama jamaah KBIHU Al Mukhlisin sebanyak 276 orang yang tergabung dalam Kelompok terbang (Kloter) 12 asal Kabupaten Batubara.
Muhammad Nasir menyampaikan kehadiran psikolog dalam setiap kloter turut memberi solusi jika ada jamaah yang merasa takut, resah dan masih memikirkan situasi rumah atau usaha yang dia tinggalkan.
“Saya melihat dalam setiap perjalanan ibadah haji, banyak jamaah yang merasa khawatir, gelisah dan kurang nyaman. Akibatnya ibadah tidak fokus, padahal perjalanan ibadah haji ini butuh biaya banyak. Jika tidak sempurna, sangat disayangkan,” kata Muhammad Nasir.
Hal lain kata dia, kehadiran psikolog dalam mendampingi perjalanan jamaah haji sangat penting yakni, mengelola stres dan emosi ibadah haji itu bukan cuma fisik, melainkan juga emosional. Perjalanan panjang, kelelahan, cuaca ekstrem, dan kerinduan akan keluarga bisa memicu stres, kecemasan, bahkan konflik antar jamaah. Psikolog bisa membantu jamaah mengelola emosi dengan lebih sehat.
“Menurut saya bisa mendukung kesehatan mental lansia. Banyak jamaah haji adalah lansia yang rentan mengalami kebingungan, demensia ringan, atau gangguan suasana hati. Psikolog bisa membantu tim medis untuk mendeteksi dan menangani gejala awal gangguan mental,” katanya.
Selain itu, kata dia, juga penting karena psikolog
akan membantu adaptasi budaya dan sosial. Berada di lingkungan yang sangat berbeda bisa membuat sebagian jamaah merasa cemas atau terisolasi. Psikolog bisa menjadi tempat curhat dan pendamping untuk menyesuaikan diri secara mental dan sosial.
“Psikolog juga bisa memberi edukasi sebelum dan selama haji. Psikolog bisa membekali jamaah dengan teknik relaksasi, cara mengelola konflik, dan mindset positif agar mereka lebih siap secara mental menjalani ibadah,” paparnya.
Lanjutnya, psikolog juga bisa menangani kasus darurat psikologis. Dalam kondisi ekstrem, bisa saja muncul gangguan psikologis akut seperti serangan panik, gangguan tidur parah, atau trauma. Kehadiran psikolog memungkinkan respons cepat dan tepat. “Jadi, peran psikolog bukan cuma pelengkap, tapi bagian penting dari keberhasilan spiritual, fisik, dan mental jamaah selama menunaikan ibadah haji,” katanya.
Terkait kebijaksanaan Arab Saudi menempatkan jamaah di Tanah Suci oleh syarikah atau perusahaan layanan haji, Muhammad Nasir berharap jamaah dalam satu kloter pada satu tempat saja. Hal ini untuk memberi rasa aman dan nyaman pada jamaah.
“Jika satu kloter jamaahnya terpisah bisa menimbulkan rasa kurang nyaman. Terlebih saat Armuzna jamaah bisa gamang,karena pembimbing ibadahnya terpisah. Padahal untuk kesana semua jamaah melakukan pembayaran, mengapa sudah bayar masih dipersulit. Harusnya ibadah sudah nyaman dilengkapi fasilitas,” pungkasnya.(m22)












