Scroll Untuk Membaca

AcehNusantara

Antologi Puisi Sengkewe Perlawanan Feminisme Perempuan Gayo

Antologi Puisi Sengkewe Perlawanan Feminisme Perempuan Gayo
Sastrawan Helvy Tiana Rosa saat menyampaikan ulasannya tentang isi buku Sengkewe. Pembicara lain Win Gemade, Fikar W. Edaran moderator Asmira Dieni di PDS HB Jassin Jakarta, Minggu (14/9). Waspada/Ist
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id) : Antologi Puisi Sengkewe yang diterbitkan Teras Budaya bersama Desember Kopi Gayo dan Forum Beru Gayo diluncurkan dan didiskusikan di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (14/9).

Para pembicara dalam diskusi tersebut adalah sastrawan Indonesia Helvy Tiana Rosa, penyair Fikar W. Eda, serta guru MAN 1 Takengon, Win Gemade. Diskusi dipandu oleh Asmira Dieni, guru SMA Negeri 8 Takengon.

Win Gemade dan Asmira dikenal sebagai penyair sekaligus deklamator penting di Tanah Gayo, Aceh Tengah. Keduanya terbang ke Jakarta untuk menghadiri Pertemuan Penyair Nusantara XIII sekaligus tampil dalam peluncuran Sengkewe.

Devie Matahari founder Forum Beru Gayo menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan hasil kerja sama dengan Dispusip DKI Jakarta, PDS HB Jassin, serta Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI).

“Apresiasi dan terima kasih kepada Dispusip, PDS HB Jassin, HSBI, serta siswa, guru, dan orang tua murid SD Negeri 01 Pulogadung, juga Sanggar Seni Nurul Yakin yang telah menampilkan atraksi baca puisi,” ujar Devie.

Antologi puisi Sengkewe merupakan buku kedua Forum Beru Gayo setelah sebelumnya menerbitkan Subang (Anting). Buku ini berisi karya 18 penyair perempuan Gayo dan diterjemahkan ke dalam tiga bahasa: Gayo, Indonesia, dan Inggris.

Helvy Tiana Rosa menilai Sengkewe sangat penting karena menjadi dokumentasi budaya Gayo dalam bentuk puisi.

“Buku ini adalah suara perempuan yang sangat relevan. Kopi sebagai identitas, perempuan sebagai pusat narasi. Ada sejarah kolonial, ada spiritualitas. Lewat kopi, Gayo semakin harum dan menjadi kebanggaan lokal, identitas budaya sekaligus perlawanan,” tutur Helvy, yang telah menulis lebih dari 50 buku.

Ia mencontohkan puisi karya Asmira Dieni yang menurutnya sangat liris, spiritual, dan sarat doa. Helvy juga menilai Sengkewe menyuarakan feminisme dengan subtil, lirih, dan indah, “tidak frontal,” katanya.

Pembicara lainnya, Win Gemade, menyoroti peran perempuan dalam produksi kopi.

“Laki-laki terlibat dalam pembukaan lahan, penanaman, dan perawatan pohon. Namun, perempuanlah yang dominan dalam proses panen, penjualan, hingga menyajikan kopi sebagai minuman,” ujar Win.

Acara peluncuran juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh siswa SDN 01 Pulogadung Jakarta. Para siswa mengenakan kelubung, penutup kepala khas perempuan Gayo, sambil membawa termos, nampi, dan cangkir sebagai representasi proses pengolahan kopi.

Sanggar Seni Nurul Yakin turut menampilkan pembacaan puisi dalam bahasa Inggris. Asmira Dieni mengaku merasa “tersanjung” karena puisinya mendapat perhatian khusus dari Helvy Tiana Rosa.

“Tentu saja kami senang dengan tinjauan Kak Helvy. Beliau sosok yang sangat dihormati dalam dunia sastra,” ungkap Asmira.

Hal senada juga disampaikan Win Gemade. “Apa yang beliau sampaikan semuanya tidak ada yang sia-sia,” ujarnya menutup. (id87)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE