JAKARTA (Waspada.id): Ketua Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) Ariawan resmi meraih gelar doktor dalam bidang ilmu Administrasi Publik dengan predikat Cumlaude dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Dengan keberhasilannya ini, Ariawan mencatatkan sejarah sebagai Ketua KWP pertama bergelar doktor.
Kegigihannya dalam menimba ilmu sekaligus membuktikan bahwa seorang anak petani bisa menyabet gelar pendidikan tertinggi.
Ariawan menuntaskan pendidikan S3 dengan judul disertasi ‘Implementasi Kebijakan Digitalisasi Informasi: Studi Efektivitas Sistem Aplikasi SRIKANDI Di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia’ (DPR RI).
“Gelar doktor saya ini menjadi bukti bahwa anak petani yang memiliki semangat juga bisa kuliah hingga ke jenjang yang paling tinggi,” kata Ariawan dalam sambutannya usai menjalani sidang terbuka di Universitas Prof Dr Moestopo Beragama, Jakarta, Sabtu, (18 /10/ 2025).
Disertasi Ariawan yang sudah memimpin paguyuban wartawan Parlemen dua periode ini, pun dinyatakan lulus dengan hasil cek plagiarisme atau turnity 2 persen dari yang distandarkan 25 persen.
Ariawan berharap gelar doktor yang baru diraihnya itu bisa memotivasi semua pihak, khusunya para wartawan untuk mengejar gelar pendidikan lebih tinggi.
“Saya berharap gelar ini dapat motivasi bagi sesama wartawan agar dapat terus belajar ditengah kesibukannya dalam menjalankan tugas sebagai jurnalis, ” ujarnya.
“Tentunya secara praktis berkontribusi terhadap hal yang diteliti. Yaitu sistem kearsipan di DPR,” katanya.
Syaifullah bahkan sepakat dengan pembukaan sambutan Ariawan yang menyinggung bahwa pendidikan itu bukan soal ekonomi.
Dia mengaku yakin selalu ada jalan bagi seseorang yang berupaya keras meraih pendidikan tinggi.
Sementara itu, Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Syaifullah, berharap gelar doktor ataupun disertasi yang digagas Ariawan bisa berkontribusi bagi banyak hal.
Dia mencontohkan beberapa program dari pemerintah untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pendidikan tinggi. Misalnya, ada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) kuliah untuk tingkat S1 dan program beasiswa utama bagi jenjang S2 dan S3.
“Jadi memang saya setuju dengan Dr. Ari, bahwasannya pendidikan ini bukan persoalan pembiayaan tapi persoalan motivasi. Bahkan orang yang memiliki biayapun itu kan tidak sampai seperti Dr. Ari, karena motivasi dan keinginannya tidak cukup menyelesaikan pendidikan,” tambahnya.
“Jadi untuk harapan saya, seperti yang saya bilang tadi dalam kerjasama, kita harus bisa menyentuh masyarakat paling tingkat bawah agar mau sekolah, agar mau mencapai pendidikan yang lebih tinggi lagi,” tegasnya. (Id10).