KULON PROGO (Waspada): Istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti menemui sekaligus menyerap aspirasi Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Muslimat NU di Balai Roro Jonggrang Nepi, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (6/12/2023).
Dalam kesempatan itu, Siti mendengarkan keluhan KWT dan masyarakat mengenai kondisi kehidupan mereka. Awalnya, Siti Atikoh menyampaikan betapa pentingnya Indonesia menjadi negara berdaulat secara pangan. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada petani yang terus berproduksi sehingga rakyat Indonesia bisa makan dengan cukup.
“Peran petani luar biasa. Mengutip pernyataan Bung Karno bahwa masalah pangan itu masalah perut sebuah bangsa,” kata Siti Atikoh.
Atikoh lalu mengajak petani berdiskusi dan seorang petani wanita bernama Istiyanti berkeluh dengan harga pangan yang kerap tidak jelas bagi petani.
“Pas panen bagus, terus operasi pasar. Harga jatuh seolah peyani dimiskinkan,” tandasnya.
Dia mengaku saat ini harga beli tergolong bagus. Namun, beberapa dekade yang lalu, petani di Kulon Progo merasa hanya sebagai alat untuk konglomerat.
Selain masalah harga pangan, Istiyanti juga mengeluhkan adanya tambang di pesisir Kulonprogo.
Istiyanti menyampaikan dirinya hidup di daerah itu dari kecil sampai tua hingga memiliki keturunan.
“Kami mohon ruang hidup kami dirampas dengan penambangan bijih besi di Kulonprogo yang tak menghasilkan buat negara. Kami merasa hanya diapusi (dibohongi, red). Mohon dicabut kontrak karyanya,” katanya.
Menurutnya, praktik penambangan itu memakan lahan pertanian. Istiyanti menganggap produksi pertanian lebih produktif dibanding pertambangan tersebut.
Istiyanti berharap jaringan listrik bisa masuk ke lahan pertanian. Mengingat pemerintah harus berpihak kepada rakyat, kalaupun tidak maka jangan mengganggu kehidupan mereka.
“Kalau tak bisa dibantu, minimal jangan ganggu kami,” tegasnya sembari meneriakkan”Ganjar-Mahfud menang, menang, menang,’
Menjawab itu, Atikoh menyadari rendahnya harga beli komoditas pangan di tingkat petani karena panjangnya rantai ekonomi. Dia mengatakan perlunya formulasi baru untuk memangkas rantai tersebut.
Atikoh menyampaikan visi-misi suaminya yang ingin memperkuat Badan Usaha Logistik (Bulog) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN),agar stabilitas harga, ketersediaan pangan, bisa pro petani.
Menyoal kontrak karya tambang di lahan pertanian produktif, Atikoh mengaku akan mencatatnya lebih dahulu untuk dilaporkan kepada suaminya, Ganjar. Apabila Ganjar terpilih di Pilpres 2024, Atikoh berjanji isu ini akan dikoordinasikan dengan pihak terkait.
Menurut Atikoh, penting membahas isu ini dengan duduk bersama dan mendengarkan masing-masing pihak. Apabila memang pertambangan tersebut tidak produktif, maka lebih baik digunakan untuk pertanian.
“Daripada untuk sesuatu yang tak produktif kenapa tidak diproduksi dan wujudkan kedaulatan pangan,” tegas Atikoh. (irw)