Scroll Untuk Membaca

Nusantara

Bung Karno Bawa Semangat Kemerdekaan Indonesia Untuk Persatuan Dunia

Bung Karno Bawa Semangat Kemerdekaan Indonesia Untuk Persatuan Dunia
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (ist)
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebenarnya diterima oleh dunia. Pancasila mengandung semangat yang diinginkan oleh negara-negara bahwa pentingnya menjaga kestabilan, persaudaraan, dan kesetaraan.

Hal itu disampaikan Hasto saat menjadi pembicara kunci dalam acara Peringatan Ke-63 Tahun Pidato Presiden Pertama RI Soekarno di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang diselenggarakan di Gedung Pusat Studi Arsip Presiden Pertama RI Ir. Sukarno Bapak Bangsa, Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, Sabtu (30/9/2023).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Bung Karno Bawa Semangat Kemerdekaan Indonesia Untuk Persatuan Dunia

IKLAN

Dalam acara ini, hadir pembicara lainnya Connie Rahakundini, Mukhlis Paeni, Teuku Rezasyah dan Mayor Jenderal (Purn) Lumban Sianipar.

“To Build the World Anew merupakan suatu perasan dari apa yang menjadi harapan mimpi dari seluruh bangsa-bangsa yang mengalami keterjajahan. Dalam cara pandang Soekarno, sistem internasional itu anarkis selalu diwarnai perang, sehingga setting dari pidato The World Anew adalah realitas peradaban umat manusia yang memang diwarnai penindasan itu dan bangsa Indonesia sendirj mengalaminya selama lebih dari 350 tahun mengalami kolonialisme-imperialisme itu,” kata Hasto.

Hasto menerangkan Sang Proklamator RI itu selalu berdialektika dalam alam pikir dan mencari jawaban tentang pentingnya suatu tata dunia baru yang berkeadilan, dan perdamaian abadi atas dasar cita-cita kemanusiaan menjadi pengikat.

Keresahan-keresahan itu, lanjut Hasto, yang membuat Bung Karno menyampaikan pidatonya berjudul To Build the World Anew di Sidang Umum PBB pada 30 September 1960.

“Apa yang disampaikan oleh Bung Karno itu menjadi relevan bahwa di tengah pertarungan geopolitik saat ini. Dalam pidato yang telah menjadi memory of the world tersebut, jiwa kemanusiaanlah yang berbicara. PBB harus menjadi perwakilan bangsa-bangsa di seluruh muka bumi yang berdiri sederajat, merdeka dan berdaulat. Dari pidato tersebut visi Indonesia bagi dunia sangatlah jelas,” kata Hasto

Dengan segala gejolak dan geopolitik masa lalu, lanjut Hasto, tesis perjuangan Bung Karno adalah menjadikan kemerdekaan Indonesia sebagai bagian dari perjuangan umat manusia se dunia. “Jadi jangan sekarang dipersempit, hanya melihat kedalam, melihaf berbagai perbedaan dengan isu primordial. Kita harus melihat keluar, menjadi bagian dari warga bangsa dunia, dan membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan agar dunia bebas dari kolonialisme dan imperialisme,” kata Hasto

“Pancasila ideologi dunia. Maka itu Bung Karno sangat tegas di dalam pidatonya dan menolak hegemoni empat negara besar yang memiliki hak veto dikatakan tidak dapat menentukan perang dan damai, lebih tepat memiliki kekuatan untuk merusak perdamaian dan mereka tidak punya hak moril baik secara sendirian maupun bersama-sama untuk mencoba hari depan dunia,” terang Hasto.

Hasto mengatakan Bung Karno bersama seluruh elemen bangsa yang baru memerdekakan Indonesia tampil di mata dunia dengan gagah berani.

“Bayangkan, belum lama kita merdeka, kita berani mengatakan empat negara hak veto Amerika Serikat, Soviet, Inggris, dan Perancis yang memegang hak veto dan kemudian tidak bisa mereka menentukan nasib dunia dan kami umat manusia khususnya bangsa Asia-Afrika yang begitu menderita karena imperialisme kemudian dihadapkan perang baru, perang nuklir yang mahadasyat dengan percobaan percobaan termo nuklir di sekitar kami,” ucapnya.

Menurut dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI ini, gagasan itu merupakan bentuk kontemplasi bahwa peradaban dunia menghadapi ancaman terus menerus.

Hasto mengatakan PBB seharusnya direform, dan memastikan penghormatan terhadap kedaulatan bangsa karena setiap bangsa setara dan berdaulat.

“Bagi Soekarno, dunia akan damai ketika dunia bebas dari imperialisme dan kolonialisme, bebas dari penjajahan termasuk kolonialisme data kemudian penjajahan dengan instrumen teknologi keuangan karena itu suatu penjajahan baru dan kemerdekaan Indonesia ditunjukan untuk membebaskan umat manusia dari berbagai bentuk penjajahan itu,” kata Hasto.

Sementara, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto dalam paparannya mengatakan pidato Presiden Soekarno yang berjudul To Build The World Anew saat peringatan ke-63 tahun pidato yang digelar di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa itulah detik-detik bersejarah tentang geopolitik Indonesia. Bahkan terpatrikan dalam monumen pemikiran internasional yang kemudian menjadi fondasi yang kokoh untuk membangun politik luar negeri dan politik kebangsaan Indonesia.

“Berdasarkan arsip resmi PBB dan ANRI, 63 tahun yang lalu, tepat pada hari Jumat, tanggal 30 September 1960, menjelang pukul 3 sore, Bung Karno bersama delegasi memasuki ruang sidang umum PBB ke 15, pada planery meeting ke 880, untuk menyampaikan pidato yang sangat monumental,” paparnya.

Ia melanjutkan, Sidang Umum PBB tersebut merupakan agenda ke-9 yang berisi kelanjutan dari general debat di antara pimpinan-pimpinan negara di dunia. Sidang dipimpin oleh presiden sidang umum Frederick H. Boland dari Irlandia. Durasi sidang berlangsung selama 4 jam 25 menit, dimulai pukul 15.00 hingga pukul 19.25 waktu New York. Setelah sejumlah perwakilan negara menyampaikan statement, pimpinan sidang umum meminta Presiden Soekarno menyampaikan pidato bukan statement. Dalam agenda ke-9 tersebut ada 7 negara yang menyampaian statement atau speech.

Dari 122 menit, di akhir pidato Bung Karno, yang menggunakan bahasa Inggris, mengatakan, “Membangun dunia kembali. Membangun dunia yang solid dan kuat dan waras. Membangun dunia, di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan. Membangun dunia yang sehat. Membangun dunia yang sesuai dengan mimpi-mimpi dan ideal untuk umat manusia. Putuskan sekarang dengan masa lalu, karena hari ini telah tiba. Putuskan sekarang dengan masa lalu, sehingga kita dapat memastikan untuk melangkah ke masa depan”.

“Sepanjang Bung Karno berpidato tepuk tangan bergemuruh. Bahkan di akhir pidato seluruh hadirin memberikan aplaus panjang sambal berdiri. Sang pemimpin sidang pun mempersilakan Bung Karno turun dari podium, dan memberikan waktu kepada Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru untuk menyampaikan statement. Dalam awal pernyataannya, Nehru mengatakan tentang draft resolusi PBB di dalam dokumen A/4522, yang substansinya telah dipaparkan dan diuraikan oleh Bung Karno. Draft Resolusi tersebut diinisiasi/disponsori oleh Ghana, India, Indonesia, Mesir dan Yugoslavia,” lanjutnya.

Pernyataan Nehru itu menggambarkan Bung Karno diakui sebagai pemimpin dan juru bicara para tokoh besar tersebut. Merekalah dikenal kemudian pendiri Gerakan Non Blok.

“Arsip pidato Bung Karno di PBB tersebut, 63 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 24 Mei 2023 diakui sebagai Memory of the World UNESCO,” kata Imam.

Dalam pidato Bung Karno diungkapkan secara jelas dan rinci tentang Pancasila sebagai ideologi yang mampu mengatasi kebuntuan ideologi barat (kapitalisdan materialis) dan ideologi blok timur (sosialis dan komunis).

“Pancasila ditawarkan menjadi instrument geopolitik yang menyatukan dunia, berasal dari bumi Nusantara,” ujarnya. (irw)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE