Scroll Untuk Membaca

Nusantara

Cuaca Ekstrem Masih Terjadi Sepekan ke Depan, BMKG Imbau Masyarakat Waspada

Cuaca Ekstrem Masih Terjadi Sepekan ke Depan, BMKG Imbau Masyarakat Waspada
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Badan Meteorologi,Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang yang akan melanda sejumlah wilayah Indonesia selama sepekan ke depan.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, dinamika atmosfer saat ini cukup kompleks dan berkontribusi pada peningkatan risiko bencana hidrometeorologi di berbagai daerah.

“Dinamika atmosfer saat ini memicu potensi hujan lebat hingga sangat lebat, disertai angin kencang yang perlu diwaspadai masyarakat maupun pemerintah daerah. Cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan risiko banjir, longsor, maupun gelombang tinggi,” ujarnya di Jakarta, Jum’at (12/9).

Lebih lanjut, Dwikorita mengimbau masyarakat rutin memantau informasi resmi dari BMKG melalui aplikasi, media sosial, maupun siaran televisi. Selain itu, langkah mitigasi seperti menjaga kebersihan saluran drainase dan tidak membuang sampah sembarangan diharapkan dapat mengurangi dampak genangan air.

“Dengan kesiapsiagaan dan mitigasi yang baik, kita bisa meminimalkan risiko bencana akibat cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan,” ujar Dwikora.

Dwikorita menjelaskan, sejumlah faktor atmosfer memicu kondisi ini. Fase Dipole Mode Index (DMI) negatif (−1,27) dan anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) bernilai negatif mendukung pembentukan awan hujan. Keadaan ini diperkuat oleh aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby ekuator, serta gelombang atmosfer frekuensi rendah yang sedang aktif.

Tak hanya itu, bibit siklon tropis 93S di Samudra Hindia barat Bengkulu juga menciptakan konvergensi dan konfluensi angin, sementara pola siklonik di Kalimantan Utara turut memperbesar peluang hujan.

BMKG memprediksi pada periode 12–14 September, hujan lebat berpotensi terjadi di Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Tengah, dan Papua Selatan.

Sedangkan angin kencang berpeluang terjadi di Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Sementara itu, pada 15–18 September, hujan lebat diprediksi melanda Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan, dengan potensi angin kencang masih mengintai Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Ditambahkan Dwikora, banjir dan longsor yang melanda Bali pada 9–10 September 2025 memperlihatkan dampak hidrometeorologi basah yang luar biasa. Laporan BNPB mencatat bencana terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik banjir.

Kota Denpasar menjadi wilayah dengan jumlah titik terbanyak mencapai 81, disusul Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan 8 titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing 4 titik, serta Klungkung di Kecamatan Dawan.

BMKG melaporkan curah hujan harian ekstrem yang menjadi pemicu utama banjir besar tersebut. Di Jembrana, curah hujan tercatat mencapai 385,5 mm dalam satu hari, disusul Tampak Siring 373,8 mm, Karangasem 316,6 mm, Klungkung 296 mm, dan Abiansemal 284,6 mm.

Bahkan beberapa titik lain seperti Denpasar Barat, Petang, Kerambitan, dan Padangbai juga mencatat curah hujan di atas 200 mm per hari. Padahal, secara klimatologis, hujan di atas 150 mm/hari sudah dikategorikan ekstrem.

Menurut Dwikorita, intensitas hujan ekstrem tersebut dipicu oleh kombinasi faktor regional dan lokal.

“Aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby ekuator yang aktif bersamaan dengan kondisi atmosfer labil di Bali memperbesar risiko terbentuknya awan konvektif secara masif,” jelasnya.

Selain akibat dinamika atmosfer, BMKG juga menyoroti faktor lingkungan dan infrastruktur yang memperparah dampak banjir. Sistem drainase di beberapa wilayah dinilai belum mampu menyalurkan volume air hujan yang sangat besar, diperburuk oleh sedimentasi dan sampah yang menyumbat saluran air. Alih fungsi lahan dari area resapan menjadi permukiman dan komersial juga mengurangi kemampuan tanah menyerap air, sehingga risiko genangan semakin tinggi.

Kejadian ini semakin menegaskan pentingnya sistem peringatan dini yang cepat dan akurat. BMKG telah mengeluarkan peringatan sejak 5 September 2025 melalui prospek cuaca sepekan, diperkuat dengan peringatan dini tiga harian, hingga pembaruan secara jam-jaman melalui sistem nowcasting pada saat hujan ekstrem mulai terjadi.

Dalam periode 9–10 September saja, BMKG menerbitkan 11 kali pembaruan peringatan dini cuaca ekstrem untuk wilayah Bali.(id11)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Headlines

JAKARTA (Waspada.id): Gempabumi tektonik mengguncang wilayah Karawang, Jawa Barat, pada Rabu (20/8/2025) malam. Guncangan terjadi pukul 19:54:55 WIB dengan parameter terbaru magnitudo M4,7. Episenter gempa berada di darat pada koordinat…

Headlines

TELUKMENGKUDU (Waspada): Akibat dilanda angin kencang (puting beliung) disertai hujan deras yang terjadi, Senin (9/6) malam sekira pukul 20:00, sebanyak 32 rumah di Kec. Teluk Mengkudu dan Kec. Perbaungan Kab….

Sumut

SEIRAMPAH (Waspada): Masyarakat Kab. Serdangbedagai (Sergai) diminta mewaspadai cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Adapun cuaca ekstrem tersebut pada siang hari cuaca panas terik, menurut data BMKG suhu…