JAKARTA (Waspada): Visi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki garis besar yang sama mengenai persatuan Indonesia, bahkan dunia.
Hubungan itu pulalah yang membuat kedua organisasi ini melangkah beriringan dan saling membutuhkan, papar Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto pada acara yang digelar DPP PDIP secara hibrid dari dalam rangka ,Harlah NU ke-96, Sabtu (12/2/2022).
Hasto mengapresiasi tema Harlah NU yang diangkat Ketum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf: Merawat Alam Semesta, Membangun Peradaban.
Menurut Hasto tema yang diangkat dalam harlah NU, yakni Merawat Alam Semesta, Membangun Peradaban., senapas dengan PDIP. .
“Kalau di PDIP, Megawati Soekarnoputri membangun peradaban kemudian merawat jagat. Berulang kali beliau (Megawati) menyampaikan bahwa tujuan politik itu membangun peradaban. Setiap ulang tahun partai kita lakukan gerakan dari simpatisan dan anggota partai untuk merawat pertiwi,” ujarnya.
Ia menjelaskan lambang NU yang menggambarkan semangat persatuan dunia juga sama dengan spirit PDIP yang digaungkan Proklamator RI Bung Karno. Begitu juga semangat membangun hubungan antara manusia secara horizontal dan vertikal ke sesama makhluk ciptaan Allah SWT.
“Sama dengan yang digagas Bung Karno itu yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia itu untuk membangun persaudaraan dunia,” terangnya.
Kata Hasto, kehadiran NU sebagai ormas agama terbesar di Indomesia telah menginspirasi Bung Karno untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, Bung Karno lalu menggagas Konferensi Asia-Afrika pada 1965. Bung Karno mengajak bangsa-bangsa Asia-Afrika yang masih terbelenggu dengan penjajahan agar memerdekakan diri.
“Dari situ, bangsa Afrika terutama negara-negara Islam, terinspirasi dari spirit Dasasila Bandung dan kemudian didorong oleh Bung Karno untuk meraih kemerdekaan,” tutur Hasto.
Bahkan, Hasto menyebitkan, Bung Karno meminjamkan rumah di Jalan Serang, Menteng, Jakarta Pusat untuk Maroko, Aljazair, dan Tunisia untuk merancang kemerdekaannya. Dan hal itu, menjadi prinsip PDIP untuk menjaga persaudaraan dunia sama halnya seperti semangat NU.
“Pada 1965, Bung Karno mendapat gelar pahlawan pembebas dan kemerdekaan bangsa-bangsa Islam,” kata Hasto.
Sementara, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah mengatakan, NU adalah organisasi milik bangsa Indonesia yang merupakan kawah candradimuka kader-kader bangsa.
Kader-kader NU ada di segala lembaga negara. Baik di eksekutif, legislastif, maupun yudikatif dan berbagai partai politik.
“Hal ini menandakan bahwa NU sukses melakukan kaderisasi, dan menjadikan kadernya milik bangsa sebagaimana yang ada di PDIP,” kata Basarah.
Acara yang digelar PDIP dalam memperingati Harlah NU ini melaksanakan ajaran tokoh NU KH. Ahmad Siddiq, yaitu trilogi Ukhuwah.
Adapun yang trilogi Ukhuwah adalah ukhuwah islamiah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
“Jadi dalam konteks ini, PDIP memperingati harlah NU dalam rangka ukhuwah wathaniyah, persaudaraan kebangsaan kita,” kata Basarah.. (irw)
.