Di Terpa Deflasi Beruntun 4 Bulan, Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh 5,05 Persern

  • Bagikan
Di Terpa Deflasi Beruntun 4 Bulan, Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh 5,05 Persern

JAKARTA (Waspada): Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan di tengah kondisi perlambatan ekonomi global dan di terpa deflasi teberuntun 4 bulan berturut-turut, namun ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 5,05% year on year (yoy) pada kuartal II/2024.

Dia menilai, hal tersebut masih menunjukkan permintaan tetap ada peningkatan serta pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menjadi kabar yang baik, dengan inflasi inti tetap naik 1,91% secara tahunan.

“Khusus sektor jasa keuangan, kredit bank secara menyeluruh masih tumbuh 12,4% YoY dan pembiayaan perusahaan pembiayaan 10,53% YoY pada Juli 2024 secara YoY. Pertumbuhan dan kinerja jasa keuangan tetap terjaga baik,” ujarnya dalam Konferensi Pers virtual Hasil RDK OJK Agustus 2024, Jumat (6/9/2024).

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi domestik diiringi oleh jasa keuangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terjadinya deflasi dan penurunan kelas menengah tidak memperlihatkan dampak signifikan terhadap industri jasa keuangan.

“Kita berharap tentunya tidak terjadi dampak signifikan dan kita berharap kinerja di sektor jasa keuangan dan ekonomi secara umum terjaga dengan baik,” lanjutnya.

Sebagai informasi, pada Agustus 2024, Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,03% month to month (mtm). Realisasi ini mencatatkan deflasi dalam empat bulan beruntun sejak Mei 2024.

Tidak hanya mengalami deflasi beruntun, penurunan jumlah kelas menengah juga menjadi sorotan. BPS melaporkan sekitar 9,4 juta penduduk kelas menengah turun ke kelompok aspiring middle class selama periode 2019 hingga 2024.

Lebih jauh, OJK terus melakukan berbagai langkah antisipasi potensi adanya dampak negatif terhadap industri jasa keuangan, antara lain bekerja sama dengan pemerintah maupun KSSK untuk menjaga stabilitas sektor keuangan.

Mshendra menilai, sektor jasa keuangan terjaga stabil yang didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat tensi geopolitik serta perlambatan perekonomian global.

Kinerja perekonomian global secara umum masih melemah dengan tingkat inflasi yang cenderung termoderasi. Kondisi tersebut diiringi dengan cooling down pasar tenaga kerja AS yang mendorong The Fed bersikap dovish, sehingga meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan di 2024.

Di Eropa, indikator perekonomian masih belum solid di tengah inflasi yang persisten. Pasar mengekspektasikan Bank Sentral Eropa (ECB) akan menurunkan suku bunga pada pertemuan September 2024.

Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi melambat dengan decoupling demand dan supply yang terus berlanjut. Hal ini mendorong pemerintah dan bank sentral terus mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter.

Tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika politik di AS menjelang Pemilihan Presiden di November 2024, serta potensi instabilitas di Timur Tengah dan di Rusia akibat eskalasi perang di wilayah perbatasan Ukraina.

Selain itu, pelemahan demand secara global turut menyebabkan harga komoditas melemah.
Di tengah perkembangan tersebut, yield UST secara umum menurun dan dollar index melemah dipengaruhi terutama oleh ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan oleh The Fed dalam waktu dekat.

Hal ini mendorong mulai terjadinya aliran masuk modal (inflow) ke negara emerging market, termasuk Indonesia, sehingga pasar keuangan emerging market mayoritas menguat terutama di pasar obligasi dan nilai tukar.

Di domestik, pertumbuhan ekonomi tercatat di atas ekspektasi yang didorong oleh naiknya konsumsi rumah tangga dan investasi. Dengan tingkat inflasi inti masih terjaga dan surplus neraca perdagangan berlanjut.

Pertumbuhan ekonomi yang masih baik juga tercermin dari peningkatan kinerja emiten di Triwulan 2 2024, antara lain terlihat dari pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang tumbuh masing-masing sebesar 4,94 persen dan 2,73 persen yoy (Triwulan 1 2024: 2,64 persen\ dan 2,29 persen).

“Namun demikian, perlu dicermati pemulihan daya beli yang saat ini berlangsung melemah,” imbuh Mahendra. (J03)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Di Terpa Deflasi Beruntun 4 Bulan, Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh 5,05 Persern

Di Terpa Deflasi Beruntun 4 Bulan, Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh 5,05 Persern

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *