Scroll Untuk Membaca

Nusantara

Diikuti 1.027 Peserta, STQH Nasional 2025 Jadi Momentum Pembinaan Umat

Diikuti 1.027 Peserta, STQH Nasional 2025 Jadi Momentum Pembinaan Umat
Dirjen Bimaa Islam Kemenag Abu Rokhmad, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (7/10/2025)
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id): Kementerian Agama siap menggelar Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Ajang dua tahunan ini tak sekadar kompetisi, tetapi juga menjadi wadah pembinaan umat dan penguatan karakter generasi Qur’ani di tengah tantangan zaman.

Jumlah peserta dan pendukung yang akan hadir di Kendari diperkirakan mencapai 3.921 orang. Rinciannya, 1.027 peserta lomba, 663 peserta tambahan, 364 peserta cadangan, dan 1.500 orang pendamping, pelatih, panitia, serta ofisial. Selain itu, akan hadir 72 orang Dewan Hakim, sekitar 250 pejabat pusat dan daerah termasuk para gubernur atau yang mewakili, serta 10 tamu dari luar negeri.

Acara pembukaan dijadwalkan berlangsung pada 11 Oktober 2025, dengan kehadiran Presiden Prabowo Subianto. Kegiatan ini ditutup pada 18 Oktober.

“Untuk acara pembukaan, kami telah mengundang Bapak Presiden. Setelah itu, berbagai cabang lomba akan digelar mulai tanggal 12 hingga 17 Oktober,” ujar Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, dalam konferensi pers di Kantor Kemenag, Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Menurut Abu Rokhmad, STQH Nasional kali ini akan memperlombakan sejumlah cabang di bidang tilawah, tahfidz, tafsir, dan hadis. “Cabang tilawah dibagi dalam kategori anak-anak dan dewasa, putra maupun putri. Untuk tahfidz, terdapat golongan 1, 5, 10, 20, dan 30 juz. Sedangkan cabang tafsir diselenggarakan bagi putra dan putri dengan dasar tafsir yang beragam,” jelasnya.

Untuk cabang hadis, lanjutnya, terdapat tiga kategori, yaitu hafalan 100 hadis beserta sanadnya, hafalan 500 hadis tanpa sanad, serta penulisan karya ilmiah hadis, yang menjadi inovasi baru dalam penyelenggaraan STQH tahun ini.

Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menjelaskan bahwa STQH merupakan agenda dua tahunan yang bergantian dengan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). “Kalau tahun lalu kita menyelenggarakan MTQ, maka tahun ini STQH. Tahun depan kembali MTQ, dan seterusnya,” ujarnya.

Menurut Zayadi, perbedaan utama STQH terletak pada adanya cabang hadis. “Bahkan, di Kendari tahun ini ada tambahan cabang baru, yaitu karya tulis ilmiah hadis,” tambahnya.

Meski skala MTQ lebih besar, Zayadi menegaskan bahwa keduanya memiliki tujuan sama, yakni membangun talenta Qur’ani dan memperkuat pembinaan generasi terbaik dalam tilawah, tahfidz, tafsir, dan hadis. “Pembinaan dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional. Ini pola yang sistematis,” tegasnya.

Selain lomba utama, STQH Nasional XXVIII juga akan dimeriahkan dengan seminar Al-Qur’an, talkshow keluarga sakinah, talkshow zakat dan wakaf, serta bazar UMKM.

“Kegiatan ini diharapkan tak hanya diikuti peserta dan ofisial, tapi juga masyarakat luas, sehingga suasananya lebih meriah dan memberi manfaat ekonomi bagi pelaku usaha lokal,” tutur Zayadi.

Kemenag juga menyiapkan hadiah dan apresiasi khusus bagi para juara.

“Detailnya akan diumumkan nanti sebagai kejutan. Namun yang terpenting, para juara ini akan terus diberdayakan agar mewarnai kehidupan beragama di Indonesia,” ujarnya.

Meski STQH 2025 belum memiliki kategori khusus bagi penyandang disabilitas, Kemenag tetap menunjukkan komitmen inklusif.

“InsyaAllah akhir Oktober nanti akan digelar Musabaqah khusus disabilitas netra tingkat internasional, yang sebelumnya sempat tertunda,” pungkasnya.

Turut hadir dalam konferensi pers, Kepala Kanwil Kemenag Sulawesi Tenggara Muhammad Saleh, serta Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kebijakan Publik, Media, dan Pengembangan SDM Ismail Cawidu.

Ismail mengatakan,  melalui penyelenggaraan STQH Nasional XXVIII di Kendari ini, Kementerian Agama ingin meneguhkan kembali peran Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber inspirasi kehidupan berbangsa.

“Lebih dari sekadar ajang lomba, STQH menjadi sarana pembinaan karakter, penguatan moral, dan pemberdayaan umat—serta melahirkan generasi yang tidak hanya fasih membaca ayat-ayat Allah, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sosial,” pungkas Ismail Cawidu.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE