JAKARTA (Waspada): Memaknai Pancasila di bulan kelahiran Pancasila, Pimpinan MPR RI Jazilul Fawaid menilai
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tidak jelas apa yang dilakukan . Mending di pressroom ini ada diskusi mengenai pancasila
Pernyataan itu disampaikannya dalam diskusi Empat Pilar ‘Memaknai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara’ di Media Center Parlemen, Jakarta, Rabu (7/6).
Turut sebagai pembicara dalam diskusi ini rsama Pimpinan MPR dari Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan dan pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago.
“Menurut saya salah satu hal yang cukup penting hari ini adalah kita perlu banyak teladan-teladan Pancasila. Sebenarnya ada lembaga BPIP. Tapi enggak pernah mampu untuk mengatakan ini loh lembaga yang Pancasila, ini loh sosoknya. Hanya memberikan label saja. Itu aja kelembagaan enggak mampu, lembaga mana yang kita bisa menunjuk manakah yang paling Pancasilais. Indikator variabelnya apa, supaya bisa dikatakan, ini loh maknanya, ini loh orangnya. ungkap politisi PKB itu.
Jazilul mengatakan, di era reformasi ini sistem politik, ekonomi apapun sekarang namanya makna Pancasila liberal.
“Saya pikir itulah. Pemilu di era reformasi dan di era Pancasila yang makin liberal. Menurut saya maknanya, jadi Pancasila hari ini ya mau tidak mau harus dimaknai secara liberal,”ungkap Jazilul.
Menurut Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKB itu memahami Pancasila secara konservatif dianggap kurang up date, masih orde lama.
Sebenarnya tambahnya lagi, kita ini tidak punya sistem. Pancasila memang sudah final, tetapi maknanya belum tentu final.
Sistem pemilu saja di soal, terbuka – tertutup ini kan sudah berkali-kali di soal. Belum lagi bicara keadilan, apakah rasio kesenjangan sekarang makin lebar atau makin Pancasila, apakah kemudian katakanlah tercermin keadilan sosial itu pada sistem perekonomian kita. Menurut saya siang hari ini ingin memberikan makna makna barulah di tahun 2024 sekiranya itu, maka Pancasila ini juga tergantung para pemimpin-pemimpinnya atau orang-orang yang mengamalkannya .
Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan meminta pemerintah untuk memfasilitasi supaya Pemilu 2024 berjalan lancar, adil dan damai. Syarief juga mengingatkan supaya pemerintah berlaku adil, siapapun calon presidennya harus diterima semua.
“Jadi kalau berbeda Capres ya enggak apa-apa, itu adalah bagian daripada demokrasi, itulah bagian daripada pandangan hidup (Pancasila),” kata Syarief.
Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, di era demokrasi kita nilai-nilai Pancasila yang paling menarik itu adalah konteks demokrasi yang terbuka, demokrasi yang berkeadilan, demokrasi yang bersaingan itu ada.
Contoh, katanya apa yang terjadi dengan demokrat (maksudnya Partai Demokrat) hari ini, itu kalau misalnya terjadi, bisa partai itu diambil dengan cara seperti menggunakan kekuatan hukum, tekanan seperti itu dan diambil alih, sebetulnya nilai Pancasila juga ada terganggu.
Karena tidak ada persaingan yang sehat, mesti kalau ada persaingan sehat. Kalau presidennya negarawan, itu harus dihentikan, karena mengambil alih partai dengan model seperti itu kan enggak fair.
“Harusnya biar bertarung kalahkan di Medan pertarungan, tarung bebas di sana, tapi jangan diambil partainya, jangan kemudian di jegal. Sebab semua itu adalah nilai Pancasila sebetulnya.
Karena di Pancasila itu ada ruang yaitu kebebasan selain freedom …, freedom…. dan salah satunya adalah ruang untuk kontestasi, kalau kemudian itu tidak siap, tidak fair bertarung ya jangan bertarung.(j04)