JAKARTA (Waspada): Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir khawatir akibat dikelola secara non profesional 35 persen dana pensiun (dapen) perusahaan BUMN bisa menjadi “bom waktu” dikemudian hari.
Hal ini menjadi beban Kementerian BUMN untuk segera diselesaikan tata kelola dapen.
“Jangan sampsi kita lengah, ini menjadi salah satu isu besar yang harus kita selesaikan. Karena seluruh dana pensiun itu dikelola masing-masing perusahaan oleh orang-orang yang tidak profesional, pegawai pensiunan perusahaan BUMN itu sendiri. Saya takut jadi bom waktu,” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Senin (13/2).
Dirinya tidak ingin perusahaan BUMN hanya berbicara soal pendapatan laba saja, tapi menjelang hari tua tidak bisa memberi jaminan kepada para pensiunan BUMN melalui dana pensiun.
“Ini kan kontradiksi. Kita bicara BUMN sehat, tapi begitu mereka pensiun, tidak ada dana pensiun. Ini akan terjadi ledakan 1-2 tahun ke depan kalau kita tidak intervensi mulai hari ini,” tegas Erick.
Terlebih, dia tidak mau ada perusahaan BUMN sakit yang pengelolaan dana pensiunnya juga besar. Padahal, sebuah perusahaan plat merah semustinya sehat, sehingga manajemen dana pensiunnya bisa lebih sehat lagi.
“Karena itu kita ingin mendorong transformasi dana pensiun harus dilakukan agar kesejahteraan penerima manfaat dapat terjamin. Karena pensiunan BUMN jumlahnya akan besar juga ke depan. Kita harapkan juga transformasi dana pensiun dapat memberi dampak positif,” tandasnya.
Menanggulangi kasus ini, Erick Thohir sudah mengarahkan Direktur Keuangan dan Direktur SDM dari masing-masing BUMN untuk menjalankan uji tuntas dapen, sehingga tidak lagi dikelola murni oleh pensiunan.
Kementerian BUMN juga sudah mengajak Komisi Pemberantasan Korupsi,(KPK), untuk mengingatkan, bahwa ini jadi hal yang krusial. Juga, memasukan agenda penyehatan dana pensiun BUMN ke dalam kontrak manajemen.
“Insya Allah kita susun petunjuk teknis di Februari atau Maret ini. Sehingga kita punya buku biru pengelolaan dapen yang bener. Karena jangan sampai kembali lagi, investasi dapen ini nanti investasi bodong lagi, muternya di situ-situ aja,” tegas Erick Thohir.
Laba Meningkat
Dalam kesempatan tersebut, Erick Thohir menyampaikan bahwa laba bersih BUMN kembali meningkat sangat signifikan, yaitu dari Rp125 triliun tahun 2021 menjadi (jika di audit) sekitar Rp303 triliun, atau ada kenaikan Rp179 triliun.
Dari total 12 klaster yang ada, BUMN dari sektor industri jasa keuangan menjadi penyumbang laba tertinggi mencapai lebih dari Rp100 triliun yang berasal dari Himpunan Bank Bank BUMN atau Himbara.
“Tapi laporan keuangan yang kami berikan ini masih unaudited atau belum di audit. Jadi mohon tidak langsung diklaim,” ujar Erick menambahkan.
Kinerja cemerlang BUMN pada 2022 juga diraih lewat peningkatan aset dari Rp 8.978 triliun menjadi Rp 9.867 triliun. Kemudian, ekuitas dari Rp 2.778 triliun pada 2021 menjadi Rp 3.150 triliun pada 2022. Lalu pendapatan naik dari Rp 2.292 triliun jadi Rp 2.613 triliun.
Menurut dia, kinerja mentereng pada tahun lalu tidak lepas dari program transformasi BUMN yang sudah mencapai 75 persen. Hal itu disebutnya turut jadi tantangan agar perusahaan-perusahaan BUMN bisa mendongkrak kinerjanya di 2023 ini.
“Apakah di tahun ini bisa meningkat setinggi itu lagi. Ini kan tahun politik, nanti dipikir sudah tidak serius kerja. Padahal konsolidasinya sudah 70 persen,” imbuhnya. (J03)











