JAKARTA (Wasapda): Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Djarot Syaiful Hidayat dikenal sebagai sosok yang sangat memahami tradisi spiritualitas negeri menanggapi peristiwa alam yang terjadi di Solo, Sabtu (11/11/2023).
Djarot mengungkapkan, tumbangnya pohon beringin di Taman Sriwedari Solo, disertai beberapa patung para satria Pandawa seperti Kresna, Bima, dan Gatotkaca bukan hal yang kebetulan.
“Ketiga patung tersebut merupakan idola Jokowi, ini isyarat langitan yang sangat serius. Kekuatan langitan telah memberi tanda dan berbicara di Solo, mengingatkan para pemimpin agar jangan mengejar kekuasaan demi ambisi pribadi,” ujar Djarot dalam keterangan tertulis, Selasa (14/11/2023).
Ia menjelaskan, Indonesia ini negeri spiritual. Dalam keyakinan Nusantara, apa yang terjadi menandakan wahyu kesatria sudah berpindah bagaikan cerita wayang tentang Wahyu Cakraningrat.
Djarot juga menyoroti beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini. Rakyat Indonesia pun prihatin atas putusan Mahkamah Konstitusi. Bahkan, kata Djarot Mahkamah Konstitusi berubah menjadi Mahkamah Keluarga.
“Pelanggaran etik berat yang dilakukan Anwar Usman yang kini dikenal dengan sebutan Paman Gibran ditanggapi oleh alam. Badai melanda Solo. Pesan langitan ini menjadi simbol yang sangat penting, bahwa kekuasaan itu ada batasnya,” tandas Djarot.
Legislator dari daerah pemilihan Sumatera Utara III ini pun kemudian mengajak masyarakat Indonesia berdoa agar bangsa Indonesia dijauhkan dari berbagai hal negatif. “Kita semua percaya bahwa keadilan akan ditegakkan. Kalau langitan saja sudah mengirimkan tanda dengan ambruknya pohon beringin di Solo, maka seluruh rekayasa hukum di MK harus diakhiri. Kekuasaan tidak bisa dibangun dengan ambisi. Jangan pernah gelapkan hati nurani,” ujar Djarot.
Djarot pun percaya bahwa keadilan yang akan bicara. Mengingat, tampilnya Prabowo-Gibran sebagai capees dan cawapres dengan cara-cara yang bertentangan dengan akal sehat. “Kebenaran nurani telah dijawab oleh kekuatan langitan yang berasal dari kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa,” kata Djarot.
“Yang saya heran, patung para Punakawan tidak tumbang, artinya rakyat wong cilik yang akan meluruskan penyalahgunaan kekuasaan pada akhir-akhir ini,” pungkas Djarot. (irw)